1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pencairan Hubungan NATO-Rusia

6 Maret 2009

NATO dan Rusia kembali membuka konsultasi. Hubungan itu dibekukan tujuh bulan lalu sehubungan dengan masuknya militer Rusia ke Georgia.

https://p.dw.com/p/H7BU
Presseschau

Mengenai pencairan hubungan NATO dan Rusia, harian Rusia Kommersant berkomentar:

„Hillary Clinton dan rekan-rekannya yang sepandangan, terutama Jerman dan Perancis, akhirnya berhasil meyakinkan rekan-rekan lainnya di NATO, agar memulai kembali konsultasi NATO-Rusia. Ini dilakukan bukan tanpa pamrih. NATO perlu dukungan Rusia misalnya dalam perang melawan teror di Afghanistan. Nyonya Clinton di Brüssel juga tidak menutup-nutupi, bahwa hal itu memang menjadi alasan utama dibukanya kembali kontak dengan Rusia. Dengan demikian, penerimaan Georgia dan Ukraina di NATO juga akan ditunda. Pada pertemuan puncak NATO awal April, kedua negara itu, seperti juga Rusia, tidak diundang hadir. Pertemuan itu akan menjadi pesta keluarga tanpa tamu dari luar.”

Harian Inggris Times dalam tajuknya menulis:

Keputusan NATO untuk melanjutkan konsultasi tingkat tinggi dengan Rusia adalah keputusan yang pragmatis dan beralasan. Hillary Clinton menyampaikannya dengan jelas dan tegas. Jawaban positif yang datang dari Rusia juga mudah diperkirakan sebelumnya. Anjoknya perekonomian dunia dan merosotnya harga minyak merupakan pukulan berat bagi perekonomian Rusia. Sejak itu, temperamen politik di Moskow menjadi jauh lebih tenang. Sehubungan dengan situasi di Afghanistan, sudah sejak beberapa waktu lalu terlihat bahwa Rusia memang berniat membantu. Minggu ini, sebuah konvoi kendaraan NATO akan melewati teritorial Rusia. Rusia sama khawatirnya dengan NATO tentang situasi di Afghanistan. Moskow juga setuju dengan ketegasan negara-negara Barat dalam upaya mencegah Iran memiliki bom atom.

Harian Jerman Tagesspiegel yang terbit di Berlin berkomentar:

Kontak dengan Rusia dibekukan tanggal 19 Agustus 2008, setelah tentara Rusia masuk ke Georgia. Reaksi demonstratif gaya Bush ini ternyata kontraproduktif. Sebab jika pembicaraan dihentikan, alasan dan motivasi pihak lain tidak bisa didengar lagi. Ternyata kemudian, pembekuan itu memang tindakan tergesa-gesa. Sekarang diketahui, Georgia ikut bersalah dalam meruncingnya konflik ini. Sekarang NATO menyadari, mereka sangat membutuhkan bantuan Rusia untuk memasok kebutuhan pasukannya di Afghanistan. Moskow memang bukan mitra bicara yang mudah. Tapi ia adalah mitra, bukannya lawan.

Harian Polandia Gazeta Wyborcza punya pandangan lain. Dalam tajuknya harian ini menulis:

NATO akhrinya kembali membuka konsultasi dengan Rusia, yang dibekukan Agustus lalu. Ini sebenarnya maksud yang baik. Tetapi kami di Warsawa dan Vilnius merasa, ada sesuatu yang tidak beres. Karena sejak Agustus tahun lalu, tidak ada perubahan berarti. Serdadu Rusia masih tetap ditempatkan di markas-markas militer di kedua Republik yang memisahkan diri dari Georgia. Moskow juga tetap ingin memainkan pengaruh di Ukraina. Jadi pembekuan hubungan dengan Rusia itu memang tidak punya dampak. Padahal itu adalah sinyal paling tegas yang dikeluarkan NATO, sebuah aliansi militer terkuat dunia yang sudah berdiri sejak 60 tahun. NATO tidak boleh jadi gertakan kosong. Rusia sekarang sudah lebih lemah dilanda krisis. Negara itu tidak hanya perlu diajak bekerjasama di Afghanistan, melainkan juga perlu diingatkan pada kewajibannya terhadap Georgia. (hp)