1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penangkapan tersangka teroris di Inggris / Peran PBB di Irak / Laporan OECD

6 Agustus 2004

Komentar dan tanggapan harian-harian internasional terutama berkisar tentang penangkapan teroris di Inggris, peran PBB di Irak dan prediksi konjuntur OECD, khususnya untuk Jerman.

https://p.dw.com/p/CPRL

Sehubungan dengan kasus penangkapan sejumlah tersangka anggota Al Qaeda di Inggris, baru-baru ini, surat kabar Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung mengemukakan pandangannya tentang perang melawan terorisme. Harian ini dalam tajuknya menulis:

Al Qaeda melambangkan ancaman yang menakutkan , yang tampaknya sangat konkret, namun jaringannya atau otaknya sulit ditangkap, meksi berbagai upaya keras. Apa pun digambarkan oleh Al Qaeda, baik sebagai gerakan teroris mau pun sebagai musuh , akan tetap samar-samar dan mengkhawatirkan, meski setelah bertahun-tahun lamanya , diupayakan pencegahan, pengejaran dan intervensi militer, baik yang sukses maupun yang gagal. Dilema dalam pengejaran Al Qaeda adalah bahwa setiap sukses dan keberhasilan , mau tak mau juga harus mengakui kegagalannya, karena pada saat bersamaan perasaan terancam akan semakin kuat.

Harian Financial Times Deutschland mengomentari peran PBB di Irak yang selama ini gagal menggalang pasukan pelindung internasional untuk missinya ke Irak:

Tidak satu pun negara bersedia memenuhi permintaan Sekjen PBB Kofi Annan untuk memberikan bantuan militer bagi missi PBB ke Irak. Sebenarnya itu bukti ketidakmampuan , terutama bagi negara-negara yang selama ini menuntut untuk meningkatkan peran PBB, agar satu-satunya negara adi daya , AS, tidak secara leluasa bertindak sendiri di Irak. Juga pemerintah Jerman termasuk kelompok negara itu.

Harian Ostsee-Zeitung yang terbit di Rostock menekankan:

Bagaimana pun terorisme dapat tumbuh terus. Baik Perancis mau pun Jerman dan negara-negara Afrika sementara ini tidak berani mengirim pasukannya ke Irak. Namun juga AS bertanggung jawab atas kegagalan PBB. Karena Washington sebelum perang sudah meremehkan banyak bangsa lainnya, maka AS jangan heran, kalau sekarang negara adi daya itu tidak mendapat dukungan.

Organisasi kerjasama ekonomi dan perkembangan OECD dalam laporannya mengimbau pemerintah Jerman untuk melanjutkan reformasinya , guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengkokohkan posisinya di dunia internasional. Para pakar merekomendasikan agar usia pensiun di Jerman dinaikkan dan keringanan pajak dikurangi. Menurut prognosa OECD pertumbuhan untuk tahun 2005 tetap 2,1 persen , sementara untuk tahun ini pertumbuhannya berkisar antara 1,5 sampai 2 persen. Situasi di lapangan kerja baru akan membaik pada tahun 2005, demikian laporan OECD.

Harian Tageszeitung – TAZ yang terbit di Berlin dalam tanggapannya tentang laporan OECD tsb menulis:

Kalau mendengarkan ramalan OECD untuk Jerman, orang akan teringat pada situasi di negara berkembang. Kepada negara-negara termiskin dinasehatkan bahwa investasi di bidang infrastruktur, pendidikan dan kesehatan akan senantiasa bermanfaat. Jerman telah memiliki infrastruktur yang memadai, tetapi di bidang pendidikan masih banyak kekurangannya.

Harian Lausitzer Rundschau juga memberikan tanggapan kritis atas laporan OECD:

OECD tidak yakin bahwa kenaikan harga minyak mentah akan membahayakan pertumbuhan konjungtur Jerman. Namun argumentasi OECD kurang meyakinkan bahwa kenaikan kebutuhan minyak mentah adalah dampak dari pertumbuhan global, yang juga dapat dinikmati oleh Jerman sebagai negara pengekspor. Memang itu betul, namun itu pandangan yang picik. Sebab di dalam negeri kenaikan harga minyak akan berdampak fatal, apa lagi kalau nanti tiba musim dingin yang ekstrim.