1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penangkapan Teroris di Palembang

Zaki Amrullah2 Juli 2008

Sejumlah tersangka kasus terorisme ditangkap di Palembang, Sumatera Selatan, sejak Selasa 1 Juli lalu. Namun Kepolisian masih merahasiakan identitas dan jumlah tersangka serta kaitanya dengan aksi terorisme.

https://p.dw.com/p/EV2J
Azahari bin Husin (left) dan Noordin M. Top (kanan) diduga mendalangi serangan bom di luar Kedutaan Australia tahun 2004Foto: AP

Kepolisian Indonesia masih menutup rapat identitas para tersangka teroris yang dibekuk dalam serangkain operasi penangkapan di Palembang Sumatera Selatan, sejak 1 Juli lalu. Juru bicara Mabes Polri, Abubakar Nataprawira, menolak memberi rincian ikhwal penangkapan yang dilakukan Detasemen Khusus 88 Anti teror tersebut. Ia juga bungkam, saat ditanya kaitan para tersangka dengan jaringan organisasi teror Jamaah Islamiyah dan buronan Noordin M. Top.

“Untuk Palembang, saya belum berkomentar, saya akan jelaskan setelah proses apa yang dilakukan di Palembang selesai, baru akan saya jelaskan. Waktu dan lokasi penangkapan saya belum jelas, yang jelas di daerah Palembang, sekarang pokoknya sedang dikembangkan terus”

Meski rincian penangkapan itu masih simpang siur, namun sejumlah informasi menyebutkan, yang ditangkap berjumlah sedikitnya tujuh orang. Dua diantaranya ditangkap dari sebuah rumah di Kelurahan Dua Puluh Ilir, Kecamatan Ilir Barat I, Kota Palembang, Sumatera Selatan.

Kepolisian Daerah Sumatera Selatan yang membantu kerja Densus anti teror mengakui berhasil menemukan sejumlah barang yang diduga untuk merakit bom, namun menolak menyebutkan rinciannya.

Juru Bicara Polda Sumatera Selatan Abu Sopah Ibrahim hanya memastikan, sejak Rabu malam, semua tersangka telah dibawa ke Jakarta.

“Kita gak bisa jawabnya, namanya teroris kan lain. Kejadiannya memang ada, tapi jumlahnya tidak tahu. Namun ini bukan operasi yang direncanakan. Ini penangkapan. Jadi orang Mabes Polri yang punya urusan, kita kita cuma bantu gitu aja.”

Rangkaian penangkapan ini memang cukup mengejutkan karena waktunya berdekatan dengan kedatangan Presiden Yudhoyono ke Palembang. Namun bekas Petinggi JI Nasir Abbas menduga, penangkapan itu telah direncanakan polisi sejak lama.

Meski demikian, Nasir Abbas berhati-hati untuk mengaitkan para tersangka itu dengan organisasi teroris Jamaah Islamiyah.

“Saya belum tahu urusanya yang sebenarnya, jadi saya tidak mau komentar, apakah mereka kaitanya dengan teroris Poso, Mas Selamat Kastari, maupun Nurdin M Top, masih belum jelas."

Kesimpangsiuran perkara penangkapan Palembang ini semestinya dituntaskan Kamis siang. Polisi menjadualkan jumpa pers untuk membeberkan seluruh rangkaian peristiwanya.

Sejak diburu pasca Bom Bali 1, setidaknya, lebih dari 300 anggota JI yang telah ditangkap dan diadili atas sejumlah kasus terorisme. Organisasi yang berupaya mendirikan negara islam di Indonesia dan Asia Tenggara itu disebut-sebut sebagai jaringan Al Qaeda di Asia Tenggara.