1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemimpin Libya Qadafi di Italia

10 Juni 2009

Kunjungan tiga hari Pemimpin Libya, Kolonel Muammar Qadafi di Italia penuh pertemuan resmi, yang sebagian digelar dalam tenda Bedouin khusus di taman Villa Doria Pamphili di Roma.

https://p.dw.com/p/I6wV
Pemimpin Libya, Muamar QadafiFoto: AP

Hubungan antara Libya dan Italia menghangat belakangan, khususnya setelah Agustus tahun lalu Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi berkunjung ke Benghazi dan minta maaf atas lebih dari 30 tahun pendudukan Libya oleh Italia. Dalam kunjungan tersebut, Italia menjanjikan kompensasi total senilai 5 milyar dolar kepada Libya, yang akan dikucurkan selama 20 tahun dalam program-program pembangunan.

Bekas koloni Italia ini menjadi negara kaya, khususnya berkat sumber minyak bumi yang dimilikinya. Kini Libya tidak saja membeli peralatan rumah tangga serta mode dari Italia. Melainkan berinvestasi dalam sejumlah bank, perusahaan energi dan juga telekomunikasi Italia. Lengan investasi Badan Usaha Negara Libya bahkan memiliki saham perusahaan mobil FIAT dan dalam kesebelasan sepakbola Juventus Turin.

Silvio Berlusconi bei Muammar Gaddafi in Lybien
Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi berbicara dengan pemimpin Libya Muamar Qadafi di Benghazi, Libya 30 Agustus 2008Foto: picture-alliance/ dpa

Bagi Italia, perspektif hubungan dagang dengan Libya juga sangat bagus. Menurut Perdana Menteri Italia , Silvio Berlusconi: "Artinya, kerjasama antara kami bisa terus berkembang. Gas dan minyak bumi terbaik dari Libya akan terus mengalir ke Italia. Selain itu, dalam berbagai investasi besar dan pembangunan yang akan dilakukan oleh Libya, kami akan bisa berpartisipasi aktif“

Sejak Qadafi berjanji tidak akan melakukan aksi teror dan menggunakan senjata pemusnah massal, negara-negara Barat bersaing untuk dapat bekerja sama dengan Libya. Amerika Serikat, Rusia, Uni Eropa dan tentu saja Italia, semua ingin mendapat bagian dari kue perdagangan dengan negara itu. Namun bagi Italia, ada kepentingan lain. Yakni, terkait dengan lokasi Libya yang merupakan pelabuhan terakhir di daratan Afrika, lokasi pemberangkatan para pengungsi dari benua itu.

Upaya menghambat gelombang pengungsi dan migran gelap yang menuju Italia, merupakan bagian dari kesepakatan persahabatan Italia-Libya tahun lalu. Berlusconi menyatakan: "Nanti akan jauh lebih sedikit imigran ilegal dari pesisir Libya yang akan datang ke Italia." Selain itu sebagai mitra kerjasama Italia, Libya sudah sepakat untuk melakukan patroli bersama .

Kunjungan Qadafi ke Roma kali ini berlangsung saat organisasi kemanusiaan Amnesty International mengritik keputusan Italia untuk mengembalikan 500 pengungsi ke Libya, yang tertangkap di perairan internasional . Amnesty Internasional juga mengritik keras Libya mengenai perlakuannya terhadap para pengungsi Afrika itu. Libya termasuk salah satu negara di dunia, yang tidak menandatangani Konvensi Pengungsi Jenewa dan tidak mengakui hak suaka.

Dalam kunjungannya, Kolonel Qadafi bertemu dengan Perdana Menteri, Silvio Berlusconi, Presiden Giorgio Napolitano dan Ketua Parlemen Italia. Selain itu ia berharap akan bertemu dengan 700 tokoh perempuan Italia, kaum mahasiswa, pelaku bisnis, serta Giovanna Ortu, ketua sebuah organisasi kelompok masyarakat Italia yang dulu diusir oleh Qadafi.

Pada tahun 70-an Libya memulangkan sekitar 20.000 warga Italia yang ketika itu masih menetap di negara Afrika Utara itu.

EK/afp/ap

Editor: Hendra Pasuhuk