1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikIsrael

Pemimpin Hamas Serukan Pawai Ramadan ke Al-Aqsa

29 Februari 2024

Di tengah negosiasi gencatan senjata, Hamas menyerukan warga Palestina melakukan pawai ke Al-Aqsa di hari pertama Ramadan. Israel sayangkan seruan tersebut.

https://p.dw.com/p/4d0Ii
Masjid Al-Aqsa di Yerusalem
Masjid Al-Aqsa di YerusalemFoto: Mohammad Hamad/Anadolu/picture alliance

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh pada Rabu (28/02) menyerukan agar warga Palestina melakukan pawai ke Masjid Al-Alqsa di Yerusalem di hari pertama Ramadan.

"Ini adalah seruan kepada masyarakat kami di Yerusalem dan Tepi Barat untuk bergerak ke Al-Aqsa pada hari pertama Ramadan," katanya dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi.

Seruan Haniyeh itu muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden sebelumnya mengatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata selama bulan puasa, yang diperkirakan akan dimulai pada 10 Maret, kemungkinan akan terwujud paling cepat minggu depan.

Delegasi Israel dan Hamas yang berada di Qatar pekan ini telah telah membahas rincian kemungkinan gencatan senjata selama 40 hari. Namun, keduanya mengatakan masih ada jurang pemisah yang besar di antara mereka, dan Qatar sebagai mediator juga mengatakan belum ada terobosan baru terkait hal tersebut.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Haniyeh dalam pidatonya pada Rabu (28/02), mengatakan bahwa Hamas "fleksibel" terkait negosiasi gencatan senjata dengan Israel, namun masih siap untuk terus berperang, demikian menurut laporan kantor berita Reuters.

Hamas dianggap sebagai organisasi teroris oleh Uni Eropa (UE), AS, dan Israel.

Apa kata Israel?

Juru bicara pemerintah Israel, Tal Heirich, mengaku sangat menyayangkan pernyataan Haniyeh.

Menurut Heirich, Haniyeh "mencoba menyeret kita untuk berperang di bidang lain."

"Kami tentu tidak menginginkan hal itu. Kami pasti akan melakukan apa pun untuk menjaga ketenangan," ujarnya seperti diberitakan Reuters.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant juga mengemukakan hal senada. Menurutnya, Hamas ingin mengurangi tekanan terhadap anggotanya di Gaza dengan memaksa Israel mengalihkan sumber daya pertahanannya ke Yerusalem dan Tepi Barat.

"Kita tidak boleh memberikan hal itu kepada mereka. Di satu sisi, kita beroperasi melawan unsur-unsur teroris dan di sisi lain adalah kewajiban kita untuk menjamin kebebasan beribadah, dan saya kira kita akan mampu mencapai sebuah pengaturan yang tepat terkait hal itu," katanya seperti dikutip dari Reuters.

AS desak Israel izinkan salat di Al-Aqsa

AS sebelumnya mendesak Israel untuk mengizinkan umat Islam beribadah di Masjid Al-Aqsa selama Ramadan.

"Sehubungan dengan Al-Aqsa, kami terus mendesak Israel untuk memfasilitasi akses jamaah ke Temple Mount selama Ramadan sesuai dengan praktik di masa lalu," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller pada Rabu (28/02).

"Bukan kepentingan keamanan Israel untuk mengobarkan ketegangan di Tepi Barat atau wilayah yang lebih luas," tambahnya.

Sebelumnya pada awal bulan ini, Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan akan mengizinkan salat Ramadan di masjid Al-Aqsa Yerusalem selama bulan suci mendatang, tetapi juga akan menetapkan batasan sesuai dengan kebutuhan keamanan.

Masjid Al-Aqsa adalah bagian dari kompleks Haram al-Sharif, dan merupakan situs tersuci ketiga dalam Islam. Kompleks ini juga dikenal sebagai Temple Mount yang merupakan situs paling suci dalam kepercayaan Yahudi.

Terletak di Kota Tua Yerusalem, kompleks tersebut telah lama menjadi titik rawan kekerasan, terutama pada hari raya keagamaan.

gtp/hp (AFP, AP, dpa, Reuters)