1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

291111 Gelenkte Wahlen Russland

30 November 2011

Jelang pemilu parlemen Rusia, Minggu (4/12), jajak pendapat menunjukan 45% responden tak menhiraukannya. Sepertiga responden menilai suara mereka tidak akan menentukan karena Kremlin bisa mempengaruhi hasil akhir.

https://p.dw.com/p/13JD3
Poster raksasa partai "Rusia Bersatu"Foto: picture alliance/dpa

Lingkaran-lingkaran merah dengan angka hitam ditengahnya: 265, 119 atau 25. Itulah tampilan sebuah peta interaktif dari kota-kota di Rusia yang mencatat pelanggaran pada pemilu parlemen. Proyek online itu dibuat oleh organisasi independen pemantau pemilu Rusia "Golos" dan harian internet Gazeta.ru. Lewat internet, setiap warga Rusia bisa melaporkan amatannya dengan cepat, anonim dan tanpa sensor.

Sudah lebih 3.500 laporan pelanggaran yang tercatat, antara lain mengenai laporan media yang sepihak, pembelian suara atau tekanan atasan kepada bawahannya di perusahaan maupun di badan pemerintah.

Sebuah kasus di Sankt Petersburg dilaporkan 200 kali, tampaknya sistim pelanggaran ini seringkali terjadi. Dalam laporan 28 November itu tercatat, rektor universitas memaksa mahasiswa asrama untuk tidak memilih di kotanya. Melainkan pergi naik bis ke sebuah lokasi untuk memilih partai pemerintah, Rusia Bersatu. Para mahasiswa diancam akan dikeluarkan dari universitas bila tidak melakukannya. Menurut para pelapor, rektor itu anggota partai Rusia Bersatu.

Russland Wahlen Duma
PM Vladimir Putin, kembali calonkan diri sebagai PresidenFoto: picture alliance/dpa

Di Rusia, orang menyebutnya sistim „sumber daya administratif“ dan dalam persiapan pemilihan parlemen digunakan secara meluas. Begitu ungkap Sascha Tamm, seorang ketua proyek pada Yayasan Friedrich-Naumann di Moskow. Tambahnya, "Ada alasan untuk menyebut Partai Rusia Bersatu 'Jedinaja Rossija' sebagai partai yang berkuasa. Hingga kini pejabat pemerintah, walikota, direktur BUMN menggunakan tekanan serupa untuk mempengaruhi pilihan orang di sekitarnya“

Juga organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama Eropa, OECD mencatat berbagai keluhan terhadap penggunaan sistim „sumber daya administratif“. Dalam sebuah laporannya misi pengamat pemilu OECD mencata banyak partai kuatir, bahwa partai pemerintah menggunakan sistim tersebut untuk memenangkan pemilu.

Pakar seperti Sascha Tamm memperkirakan kecenderungan ini akan berlanjut. Tegasnya, "Pemilihan umum ini tidak bebas dan tidak adil. Saya tidak membicarakan apa yang terjadi pada saat pemberian suara, meskipun terjadi juga manipulasi, tapi terutama di masa sebelum pemilu."

Russland Wahlplakat Moskau Duma Dezember 2011
Poster Pemilu, Mengajak rakyat memilihFoto: picture-alliance/dpa

Tahun 2005 berlangsung pemilu di Rusia, ketika itu diberlakukan undang-undang baru. Pemilihan anggota parlemen atau ditetapkan lewat daftar partai. Peluang pun hilang bagi kandidat independen untuk masuk Duma. Batas minimum suara untuk partai dinaikkan dari lima persen menjadi tujuh persen.

Selain itu, sebuah partai hanya boleh ikut pemilu apabila sudah mendaftarkan diri satu tahun sebelumnya. "Proses registrasi menghambat oposisi untuk mencalonkan diri“, jelas Sascha Tamm.

Persyaratan pemilu beginilah yang menyebabkan pemilu hari Minggu akan berakhir tanpa kejutan. Itupun sudah dilaporkan berbagai jajak pendapat di Rusia, yang parlemennya akan terdiri dari empat fraksi partai yang selama ini duduk dalam Duma.

Roman Goncharenko / Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk