1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemilihan Ketua IAEA Gagal

27 Maret 2009

Badan Tenaga Atom Internasional IAEA terjerat krisis. Pemilihan pimpinan baru IAEA gagal. Dua kandidat yang diajukan tidak berhasil meraih dua pertiga suara mayoritas.

https://p.dw.com/p/HLUJ
Badan Tenaga Atom Internasional IAEA di Wina, AustriaFoto: AP

Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu mengalami krisis besar. Dengan raut muka serius ketua dewan gubernur asal Aljazair, Taous Ferroukhi tampil di hadapan pers. Dewan tertinggi organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa itu terpecah secara mendalam. Beberapa minggu menjelang pemilihan, keadaan cukup tenang sebelum terhempas badai. Lima putaran pemilihan di Wina berakhir menjadi malapetaka. Dituturkan Ferroukhi

"Kedua calon tidak berhasil meraih dua pertiga suara mayoritas untuk menjadi direktur jenderal baru."

Dua kubu saling bertentangan dalam IAEA

Ada dua kandidat yang diajukan dalam pemilihan. Namun dua calon, nampaknya sangatlah kurang untuk bisa menyatukan kepentingan 148 negara anggota yang saling bertentangan. Di dewan gubernur yang terdiri dari 35 anggota terjadi benturan terkait haluan politik atom IAEA untuk masa mendatang. Favorit negara barat adalah diplomat Jepang, Yukiya Amano. Target Amano adalah, lebih menekan negara-negara yang menganggap tenaga atom sama dengan kekuatan militer. Namun tidak mencolok secara politis dan dengan meningkatkan pengawasan. Sedangkan lawannya adalah tokoh karismatik asal Afrika Selatan, Abdul Samad Minty. Minty diandalkan negara-negara miskin yang tidak mau ketinggalan dalam memanfaatkan sumber-sumber energi atom dan menginginkan pertikaian dengan Iran yang tidak kunjung habis itu, berakhir secepat mungkin. Minty diamati dengan penuh curiga oleh Amerika Serikat. Menurut Amerika Serikat, Minty menilai Iran terlalu positif. Negara itu diduga menyalahgunakan program atomnya untuk kepentingan militer.

IAEA semakin terjerat dalam krisis

Kesenjangan antara negara penguasa nuklir dan negara-negara yang tidak termasuk dalam kelompok itu, terlalu besar. Gagalnya pemilihan direktur jenderal baru, membuat IAEA semakin terjerat dalam krisis terbesar sejak lebih dari satu dekade. Ini terutama terjadi, di saat peran IAEA sangat dibutuhkan. Ketua IAEA yang akan berakhir masa jabatannya, Mohamed El Baradei memperingatkan, ancaman meluasnya bahan atom secara ilegal dan teroris dapat menggunakannya, semakin besar. El Baradei juga mengharapkan pimpinan baru yang kuat. Namun menurut Taous Ferroukhi, harapan tersebut nampaknya tidak akan terrealisasikan:

"Daftar kandidat masih terbuka lebar. Saya mengundang anggota Badan Tenaga Atom Internasional IAEA untuk mengajukan kandidat baru."

IAEO Tagung in Wien Iran Atom Mohammed el Baradei
Ketua IAEA, Mohamed El BaradeiFoto: AP

Putaran pemilihan berikutnya baru dapat digelar secepatnya akhir Mei mendatang. Duta besar India untuk IAEA yang mewakili negara-negara di ambang industri menuntut kandidat yang sudah punya nama dan pengalaman besar. Mungkin, kandidat yang gagal dalam putaran sebelumnya, akhirnya dapat terpilih juga:

"Kedua negara yang telah mengajukan calonya, boleh mengajukan kembali kandidatnya untuk jabatan direktur jendral."

Ketua IAEA yang sebelumnya pun adalah calon kejutan. Ia diajukan, ketika calon-calon favorit dalam pemilihan saat itu tidak berhasil meraih mayoritas dua pertiga suara yamng diperlukan . El Baradei, yang ketika itu seorang pejabat biasa IAEA, tahun 1997 terpilih berkat bantuan Amerika Serikat. Namun setelah itu, Amerika Serikat tidak puas dengan El Baradei, karena ia menentang Perang Irak. Akan tetapi berkat dukungan negara berkembang, pria asal Mesir itu El Baradei berhasil mempertahankan jabatannya hingga sekarang. Sampai November mendatang ia akan memangku jabatannya. Setelah itu, siapa yang dapat menyatukan dua kubu dalam IAEA? (an)