1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanJerman

Pemerintah Jerman Cari Cara Bujuk Penolak Vaksin

7 Juli 2021

Sementara varian Delta terus menyebar di Jerman, banyak juga orang yang tidak datang ke jadwal vaksinasi mereka, termasuk untuk dosis kedua. Pemerintah Jerman sudah melakukan promosi gencar dan kini mencari kiat baru.

https://p.dw.com/p/3w7Ij
Foto ilustrasi vaksinasi di Jerman
Foto ilustrasi vaksinasi di JermanFoto: Ying Tang/NurPhoto/picture alliance

Pemerintah Jerman telah menghabiskan dana €25 juta untuk poster, iklan TV dan iklan online untuk mempromosikan vaksinasi, antara lain dengan Slogan 'Jerman Menyingsingkan Lengan Baju'. Saat ini, sudah 56% populasi yang mendapat satu dosis vaksin, dengan 39% populasi sudah divaksinasi sepenuhnya.

Tapi menghadapi varian Delta, pemerintah sekarang mencanangkan target memvaksinasi 85 hingga 90% populasi. Tapi tujuan ini akan sulit dicapai, jika banyak orang yang skeptis dan menolak divaksin. Dan ini kelompok yang sulit diyakinkan.

"Orang-orang yang tidak yakin atau punya bias negatif terhadap vaksinasi adalah yang belum terjangkau oleh kampanye," kata Steffen Egner, pendiri dan direktur lembaga riset pasar MediaAnalyzer. Lembaga risetnya mensurvei 500 orang tentang efektivitas kampanye "Jerman menyingsingkan lengan baju".

Egner mengatakan, kalau harus memberi nilai, dia akan memberi nilai C atau D pada kampanye itu, karena ternyata gagal menumbuhkan keinginan untuk divaksinasi pada kelompok penduduk yang ragu-ragu. Masalahnya, pemerintah belum tahu jelas, kelompok mana yang sebenarnya skeptis.

"Kami saat ini masih belum cukup tahu tentang kelompok skeptis vaksin. Itulah perbedaan besarnya dengan kebanyakan kampanye iklan, di mana biasanya mereka tahu persis siapa klien mereka," kata Steffen Egner.

Iklan kampanye vaksinasi di Hamburg
Iklan kampanye vaksinasi di HamburgFoto: imago images/Hanno Bode

Bagaimana meningkatkan kesadaran vaksinasi?

Pakar Imunologi Christine Falk mengatakan, dia dapat meyakinkan orang yang ragu-ragu untuk mendapatkan vaksinasi hanya dalam waktu lima belas menit, yaitu dengan meningkatkan kesadaran mereka.

"Virus ini seperti bermain rolet Rusia dengan kehidupan orang, dan Anda tidak akan pernah tahu siapa yang akan terkena dampak kerasnya. Vaksinasi adalah perisai terbaik yang dapat Anda berikan pada diri Anda sendiri. Siapa pun yang tidak divaksinasi sangat mungkin akan terinfeksi cepat atau lambat," katanya.

Pusat-pusat vaksinasi di Jerman memang melaporkan peningkatan jumlah orang yang membatalkan jadwal vaksinasi mereka yang sebelumnya sudah disepakati. Di Berlin misalnya, satu dari lima janji telah dibatalkan atau ditunda dalam beberapa pekan terakhir. Palang Merah Jerman juga melaporkan tren pembatalan janji vaksinasi di beberapa negara bagian lain, terutama pembatalan jadwal vaksinasi dosis kedua.

Presiden Palang Merah Jerman cabang Berlin, Mario Czaja, sempat mengusulkan agar mereka yang tidak muncul pada jadwal vaksinasi dikenakan sanksi denda sebesar €25 sampai €30. Alasannya, koordinasi dan persiapan vaksinasi memakan biaya, sementara vaksinasi pada dasarnya cuma-cuma bagi semua penduduk Jerman.

Bujuk penolak vaksin dengan selebriti dan influencer

Tetapi Kementerian Kesehatan negara bagian Nordrhein-Westfalen menolak usul itu. "Jika orang tidak muncul di pusat vaksinasi untuk dosis kedua, tidak berarti mereka tidak divaksinasi. Beberapa orang memilih untuk divaksinasi di tempat lain, di mana mereka bisa mendapatkan jadwal lebih cepat, misalnya di praktik dokter atau dengan dokter perusahaan."

Mengingat varian Delta berpotensi lebih menular dan sudah lebih dari 50% infeksi baru di Jerman adalah dari varian Delta (menurut data lembaga penanganan pandemi di Jerman Robert Koch Institut (RKI), maka mengabaikan vaksinasi kedua bisa membawa konsekuensi yang fatal.

Semua ahli setuju bahwa Jerman sekarang harus mempercepat vaksinasi. Tetapi hampir sia-sia menargetkan mereka yang memang menolak untuk divaksin. "Mereka hampir selalu adalah orang yang percaya pada teori konspirasi atau tidak percaya ada pandemi Covod. Kelompok ini berkorelasi dengan kubu populis ultra kanan," kata Schulz-Hardt dari German Psychological Society.

Pemerintah Jerman sekarang bermaksud meluncurkan kampanye iklan baru yang menampilkan para selebriti dan influencer. Mungkin mereka bisa menarik perhatian orang untuk mengikuti vaksinasi, setelah otoritas kesehatan dan para politisi gagal meyakinkan kelompok yang tidak mau divaksin.

(hp/gtp)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Oliver Pieper
Oliver Pieper Reporter meliput isu sosial dan politik Jerman dan Amerika Selatan.