1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembentukan Pemerintah Timor Leste Ditunda

1 Agustus 2007

Presiden Ramos Horta menerima usul menunda penetapan pemerintah yang baru. Fretilin melunak, dan CNRT mengendurkan sikapnya.

https://p.dw.com/p/CIrM
Jose Ramos Horta
Jose Ramos HortaFoto: AP

Penjagaan keamanan di Dili, ibu kota Timor Leste, Rabu kemarin, begitu ketat. Jauh lebih ketat dari biasanya. Khususnya sekitar Istana Presiden dan gedung parlemen. Juru bicara kepolisian PBB di Timor, Monica Rodrigues menjelaskan langkah ini diambil untuk mengantisipasi bentrokan dan kerusuhan sehubungan rencana pengumuman pembentukan pemerintahan yang baru oleh presiden Jose Ramos Horta.

Namun ternyata, pemerintah baru yang rencananya diumumkan pukul 15.00 waktu Timor itu ditunda. Presiden Jose Ramos Horta mengambil keputusan penundaan usai bertemu para pemimpin partai. Khususnya para politisi yang memperebutkan posisi perdana Menteri. Dalam bahasa Tetun, Jose Ramos Horta, menjelaskan kepada wartawan:

"Saya tadi menerima dan berdialog dengan semua pemimpin partai yang memiliki wakil di parlemen. Aliansi Mayoritas Parlemen diwakili oleh Xanana Gusmao dan ketuanya, Mariano Sabino. Sementara Fretilin diwakili oleh ketua Fretilin Francisco Guterres dan sekjennya Mari Alkatiri. Semuanya meminta agar saya sebagai presiden memberikan tambahan waktu bagi mereka untuk berunding guna mendapatkan solusi yang lebih baik negara ini. Baiklah kalau begitu saya memberikan waktu satu atau dua hari sebagaimana permintaan mereka. Hari Jumat nanti, saya kira kesepakatan bisa dicapai dan keputusan pembentukan pemerintahan bisa diambil. "

Para politisi yang saling berseteru, khususnya kubu Xanana Gusmao dari Partai CNRT dan Mari Alkatiri dari Fretilin, berusaha menembus kebuntuan dalam suatu perundingan marathon.

Hasilnya tidak terlalu mengecewakan. Sebagaimana digambarkan Arsenio Bano, Wakil Ketua Fretilin:

Kami mengawali perundingan itu dengan proses baru yang bagus sejak pagi. Kemarin kami sepakat bahwa CNRT tidak bisa begitu saja membentuk pemerintahan tanpa dukungan Fretilin. Sementara Fretilin juga tak bisa maju tanpa dukungan SNRT. Karenanya kami meminta presiden agar memberikan waktu hingga Jumat untuk mengatasi perselisihan pendapat di antara kami.

Ini merupakan perubahan sikap yang sangat menentukan dari Fretilin. Partai yang memenangkan Pemilu dengan keunggulan minoritas itu, hanya beberapa saat sebelumnya mengumumkan Mari Alkatiri sebagai calon mereka untuk posisi Perdana Menteri. Pencalonan itu tampak makin memacetkan politik Timor. Karena jauh-jauh hari bekas presiden Xanana Gusmao sudah menggalang koalisi dengan berbagai partai lain, dan berhasil memperoleh dukungan mayoritas parlemen untuk menduduki posisi itu.

Desakan presiden Jose Ramos Horta untuk dibentuknya pemerintahan bersatu, ditolak. Presiden pun memutuskan untuk menggunakan kewenangannya menunjuk perdana menteri secara sepihak. Namun sebelum keputusan itu diumumkan, para pihak mencoba kembali ke meja perundingan. Pertanyaannya, apakah kini Fretilin mengendurkan sikapnya, dan bersedia menerima Xanana Gusmao sebagai perdana menteri?

Arsenio Bano dari Fretilin menjawab secara diplomatis:

"Tidak usah dulu bicara soal nama. Yang penting, duduk dan berunding untuk mengatasi berbagai perbedaan. Kami harus terus berdialog untuk mencapai kesepakatan yang bisa memuaskan semua pihak."

Dikatakan Arsenio Bano, Fretilin menyadari bahwa semua pihak tak bisa jalan sendiri-sendiri. Karenanya pemerintah baru nanti harus merupakan suatu pemerintahan inklusif, pemerintahan yang menyertakan semua kekuatan politik. Dan itu akan terlihat bentuknya Jumat besok.