1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pelantikan Obama Awali Sebuah Era Baru di AS

as20 Januari 2009

Presiden baru AS Barack Obama menandai era kekuasaan yang lembut di dunia yang keras.

https://p.dw.com/p/Gcml
Barack Obama memulai masa jabatannya dengan tugas berat menuntaskan berbagai konflik internasional yang dipicu pendahulunya.Foto: AP/DW

Pelantikan Barack Obama sebagi presiden AS yang ke 44 menjadi tema komentar harian-harian internasional. Impian klasik Amerika tetap hidup, bahwa semua orang di negara itu dapat mencapai tujuannya, tidak tergantung warna kulit atau asal-usul nenek moyangnya.


Harian liberal kanan Spanyol El Mundo yang terbit di Madrid dalam tajuknya berkomentar :

Barack Obama sejauh ini berhasil membuktikan, kualitas terbesarnya adalah, dalam situasi sulit menyebarkan harapan dan optimisme. Dengan kemampuan ini saja, memang ia tidak dapat memecahkan masalah apapun. Akan tetapi hal ini dapat menjadi salah satu modal terpentingnya. Kemampuan ini akan sangat berguna dalam menuntaskan salah satu tugas yang paling mendesak. Yakni memulihkan citra AS yang saat ini dalam keadaan compang-camping. Delapan tahun lamanya AS memilah dunia, menjadi blok baik dan blok jahat. Serta melancarkan aksi militer secara uni-lateral. Jika AS tetap menghendaki peran sebagai pemimpin dunia, hendaknya negara itu mempercayai kekuatan diplomasi.


Harian Belanda De Telegraaf yang terbit di Den Haag berkomentar :

Barack Obama memulai tugasnya dalam masa yang amat sulit. Pendahulunya, George W.Bush menjerumuskan AS ke dalam rangkaian masalah internasional amat berat. Misalnya di Irak, dimana dijanjikan penarikan mundur pasukan AS, tapi tidak ada jaminan terciptanya ketenangan dan stabilitas. Juga di Afghanistan, perang yang diperlukan melawan ekstrimis Muslim terbukti amat sulit. Bagaimana caranya menutup kamp tahanan Guantanamo, tetap belum jelas. Ditambah lagi, Obama kini dihadapkan pada situasi di Jalur Gaza. Sebagai mitra aliansi Israel, seharusnya AS memainkan peranan dalam pemecahan jangka panjang konflik Timur Tengah.


Harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma dalam tajuknya berkomentar :

Dengan pelantikan Barack Obama secara resmi berakhir sejarah rasialis di AS. Bersamaan dengan itu berakhir pula klaim keunggulan moral, agama dan budaya dari sebuah warna kulit. Jika dalam pidato pelantikannya, ia mengajak warga Amerika agar melaksanakan tanggung jawab bersama, dan tidak bersikap sebagai korban atau mencitrakan balas dendam kelompok kulit hitam militan, berarti sebuah pasal buruk dari sejarah hak asasi manusia di negara adidaya itu sudah ditutup secara final.


Terakhir harian independent Perancis Le Monde yang terbit di Paris berkomentar :

Obama akan menjadi presiden AS yang terutama membela kepentingan ekonomi serta strategis negaranya. Dan bukan aktivis internasional yang mengurusi berbagai masalah dunia di awal abad ke 21 ini. Akan tetapi keberadaannya di Gedung Putih saja akan melambungkan kembali citra Amerika. Sejarahnya, berupa asal-usulnya yang amat rumit, tahun-tahun ketika ia tinggal di Indonesia, telah membentuk penalarannya terhadap dunia. Ia mengetahui, dunia tidak selalu menilai AS seperti penilaian dirinya sendiri. Dalam masa kampanye Obama menunjukan dirinya sebagai tokoh politik yang mau mendengar, meragukan sesuatu, menunjukan kehati-hatian dan membuka diri bagi yang lainnya. Kita kini menjauh dari era George W.Bush, dengan prinsip keamanannya yang sudah ketinggalan zaman. Pendeknya, ini sebuah awal baru yang bagus.