1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pekerja Jerman Bondong-bondong Cari Peluang di Inggris

8 Desember 2008

Eropa kekurangan tenaga kerja terampil. Inggris termasuk diantaranya. Padahal, persiapan untuk pesta olahraga Olimpiade 2012 di London sudah harus dimulai.

https://p.dw.com/p/GBWt
Foto: AP

Menurut laporan organisasi internasional untuk migrasi, migran terbanyak di Eropa berada di Jerman. Banyak diantara mereka yang bekerja sebagai pekerja tamu. Ini fakta yang sudah tidak aneh lagi di Jerman. Tetapi, dalam beberapa tahun terakhir ini, fenomena baru muncul. Yaitu, Jerman tidak hanya menerima pekerja tamu, warganya juga bermigrasi ke negara lain untuk menjadi pekerja tamu.

Pada awalnya, kurangnya lapangan kerja di Jerman lah yang memutuskan para pekerja untuk mencoba peruntungan mereka di negara lain. Negara tetangga yang paling menjadi tujuan adalah Austria dan Swiss. Menurut Departemen Tenaga Kerja Jerman, dulu yang pindah ke luar negeri adalah para akademisi. Kini para tenaga kerja terampil asal Jerman juga berbondong-bondong mencari tempat lain yang tidak hanya menyediakan lapangan kerja, tetapi juga membayar mereka dengan gaji yang lebih baik.

Dan kalau beberapa pekerja tamu terpengaruh dengan krisis keuangan yang tengah terjadi dan terpaksa pulang kembali ke negara asalnya, maka tidak begitu dengan para tenaga kerja terampil dari Jerman.

Ralf Obermaier berusia 30 tahun dan bekerja sebagai pemasang saluran gas dan air. Ia berasal dari Hobsten di negara bagian Westfalen, Jerman. Di kampungnya ia tidak memperoleh banyak pekerjaan. Karena itu ia memilih untuk pergi ke Inggris bersama dengan satu tim tenaga ahli dari Jerman. Proyek ini diperoleh berkat kerjasama perusahaan Inggris yang memiliki cabang perusahaan di Jerman.

"Di Inggris ada banyak sekali pekerjaan, sementara orangnya sedikit. Makanya saya ada disini. Di lokasi proyek juga banyak orang Jerman. Tidak ada ruginya bekerja disini dan menunjukkan standar kerja Jerman yang profesional." Ungkap Ralf Obermaier.

Tembok yang miring, jendela yang tidak rapat, pipa-pipa yang terpasang secara aneh. Orang Inggris terbiasa dengan itu semua. Tetapi tidak demikian dengan dua supermarket Jerman yang baru memulai bisnis mereka di Inggris. Mereka lebih senang mempekerjaan perusahaan konstruksi Jerman yang pekerjanya dibawa dari Jerman. Demikian kisah Jens Steinbrink, bos Obermaier, pimpinan perusahaan teknik perumahan dari kota Köln. Markas perusahaannya tetap di Jerman, tetapi sejak 2005 ia mengerjakan sebagian besar proyeknya di Inggris. Dan bisnisnya terus berkembang.

Dua minggu kerja keras, satu minggu berlibur di Jerman. Ini gaya hidup yang menyenangkan. Apalagi sekarang banyak penerbangan murah dari Inggris ke Jerman. Jens Steinbrink menyewa rumah kecil bagi timnya. Disana para pekerja harus menyesuaikan diri dengan kamar mandi gaya Inggris. Juga di tempat bekerja pun, mereka harus mengubah strateginya.

Steinbrink menjelaskan, "Dalam bekerja, kami harus mengorganisirnya secara teliti. Karena semua yang tidak ada pada saat pembangunan akan dimulai, akan sulit untuk memperolehnya. Disini tidak tersedia, karena itu semua dikerjakan di Jerman. Masalah selanjutnya adalah harga yang tentu lebih mahal."

Tidak semua usaha Jerman di Inggris akan berjalan mulus. Apalagi kalau mengabaikan peraturan perlindungan dalam bekerja. Demikian kisah Joachim Pfeiffer dari perusahaan bangunan Wittfeld. Belum lagi, para tenaga kerja harus lulus ujian dalam bahasa Inggris, yang untuk mengikuti ujiannya pun harus membayar biaya ujian yang cukup tinggi. Tetapi secara keseluruhan Pfeiffer merasa puas. Perusahaannya telah berada di Inggris selama 5 tahun. Dan proyek yang diterimanya pun terus bertambah, walau pun sekarang sedang terjadi resesi.

Suku cadang siap pasang asal Jerman sangat digemari di Inggris. Karena menurut Joachim Pfeiffer dengan ini, bangunan bisa diselesaikan dengan lebih cepat. Produk Jerman dan pekerja Jerman adalah jaminan kualitas bagi Inggris. (zlv)