1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PBB Tuntut Penutupan Guantanamo

18 Februari 2006

Politik luar negeri AS yang terfokus pada perang melawan teror semakin tidak populer dan menuai kritik tajam.

https://p.dw.com/p/CPLE
Protes Amnesty International: Tutup Guantanamo!
Protes Amnesty International: Tutup Guantanamo!Foto: dpa

Laporan Komisi Hak Asasi PBB, mengenai pelanggaran berat hak asasi di kamp tahanan AS di Guantanamo-Kuba, serta tuntutan untuk penutupan kamp internir tersebut menjadi tema komentar harian-harian internasional. Sorotan juga diarahkan pada publikasi terbaru, sejumlah foto lama yang menunjukkan kekejian tentara AS di penjara Abu Ghraib di Irak. Harian Swiss Tages-Anzeiger yang terbit di Zürich menulis komentar berjudul, kapan rasa malu pemerintah AS akan muncul?

"Sekali lagi dipublikasikan laporan bernada kritis mengenai kamp tahanan militer AS di Guantanamo. Tuntutan kembali dilontarkan untuk menutup kamp penyiksaan tersebut. Tapi, seruan para pakar hak asasi PBB, seperti juga seluruh imbauan internasional selama ini, tidak dipedulikan oleh pemerintah di Washington. Akan tiba saatnya, dimana Amerika akan merasa malu terhadap apa yang dilakukannya di Guantanamo. Atau, tinggal menunggu waktu, sampai Amerika Serikat jatuh sendiri ke dalam perangkap yang dibuatnya. Hal yang sama juga akan terjadi dalam program perang melawan teror yang memanfaatkan cara-cara melanggar hukum."

Harian Italia Il Messaggero yang terbit di Roma menulis komentar, PBB melontarkan kecaman tajam kepada AS.

"Laporan komisi hak asasi PBB dibayangi tarik ulur seru selama berbulan-bulan antara PBB dengan Gedung Putih. PBB menuntut para pakar hak asasi mendapat akses luas tanpa hambatan di kamp tahanan Guantanamo. Sementara Gedung Putih hanya mengizinkan kontak dengan personal kamp tahanan dan menolak dilakukannya kontak dengan para tahanan. Laporan dan kritik tajam PBB menyangkut kamp tahanan militer AS di Guantanamo, waktunya bertepatan dengan publikasi foto-foto terbaru penyiksaan tahanan di penjara Abu Ghraib di Irak. Sekarang Gedung Putih harus membela diri dalam posisi amat sulit."

Sementara harian Inggris The Times yang terbit di London, tetap membela politik luar negeri AS dengan menulis komentar berjudul, jangan mengkritik AS secara berlebihan.

"Jika Eropa menghendaki agar AS memperhatikan kecemasan mereka, seharusnya Eropa juga lebih mengindahkan sasaran politik AS. Dewasa ini, di dalam negeri sendiri, pemerintahan Bush menghadapi masalah berat. Jumlah warga AS yang berpendapat bahwa AS hanya mengurusi kepentingannya sendiri dan tidak menghormati kepentingan negara lain, meningkat dari 30 menjadi 42 persen dalam tiga tahun terakhir. Presiden Bush juga terus berusaha keras untuk melawan para pelobi proteksi perdagangan dan isolasi. Hal terburuk yang dapat terjadi adalah, para pengkritik sepak terjang AS berhasil melaksanakan sasarannya."

Harian Perancis Le Monde yang terbit di Paris berkomentar, musuh Amerika Serikat tetap bersikap tenang.

"AS telah bertindak di Afghanistan dan Irak. Tapi, sulit mengevaluasi keberhasila perang melawan jaringan teror Al Qaeda, yang sudah berlangsung hampir lima tahun. AS ternyata tidak berani menyerang Korea Utara dan Iran. Faktor itulah yang menjelaskan, mengapa Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad berani menantang barat dan Israel dan dapat dengan tenang melanjutkan program atomnya. Di sisi lainnya, Iran juga kaya akan cadangan minyak dan gas dan negara-negara barat masih tetap tergantung dari pasokan energi Timur Tengah. Kini bukan lagi saatnya bagi Presiden George W. Bush untuk merasa yakin bahwa dialah satu-satunya penguasa dunia. Juga pengumuman dinaikannya anggaran militer AS, tidak akan mengubah situasi."

Sedangkan harian Austria Der Standard yang terbit di Wina berkomentar, tidak ada yang lebih buruk lagi dari penyiksaan di Guantanamo dan Abu Ghraib.

"Kenyataan paling buruk adalah banyak tahanan di Guantanamo hanyalah warga sipil biasa dari Afghanistan. Mereka ibaratnya dijual dengan harga ribuan Dollar kepada tentara AS dalam persaingan antar suku atau diantara panglima milisi. Sebagian besar tahanan, yang dipenjarakan tanpa proses hukum dan dicabut hak-hak hukumnya oleh pemerintahan Bush, kemungkinan besar adalah orang-orang yang tidak berdosa. Inilah bencana terbesar bagi negara hukum AS, serta bagi perang melawan teror yang sebenarnya."