1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PBB Gelar KTT Global Bahas Kekuatan dan Potensi AI

4 Juli 2023

PBB gelar KTT Global untuk memetakan batasan penanganan dan potensi AI di masa depan bagi umat manusia, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi.

https://p.dw.com/p/4TNfd
Robot humanoid Ai-Da
Minggu ini, PBB menggelar KTT global guna memetakan batasan kecerdasan buatan dan potensi AI untuk peradaban umat manusia.Foto: Ben Stansall/AFP/Getty Images

PBB akan menggelar pertemuan "AI for Good Global Summit" di Jenewa pada hari Kamis (06/07) dan Jumat (07/07) mendatang, yang akan dihadiri oleh sekitar 3.000 ahli dari perusahaan teknologi seperti Microsoft dan Amazon, serta universitas dan organisasi internasional lainnya.

KTT global tersebut akan membahas dan memetakan kerangka penanganan potensi kecerdasan buatan (AI).

"Teknologi ini bergerak dengan cepat," kata Doreen Bogdan-Martin, sekretaris jenderal Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU), perwakilan dari badan teknologi informasi dan komunikasi PBB yang menyelenggarakan konferensi tersebut.

Kreatifitas Artifisial: Di Mana Batas Terluarnya?

Apa tujuan dari pertemuan global tersebut?

Bogdan-Martin mengatakan, KTT global ini merupakan "kesempatan nyata bagi suara-suara terkemuka di dunia tentang AI untuk berkumpul di panggung global dan membahas isu-isu tata kelola.”

"Tidak melakukan apa-apa bukanlah sebuah pilihan. Umat manusia bergantung pada AI. Jadi kita harus terlibat dan berusaha untuk memastikan masa depan yang lebih bertanggung jawab dengan AI," tambahnya.

Bogdan-Martin menambahkan, pertemuan tersebut juga akan merumuskan kerangka kerja serta batasan-batasan yang memungkinkan untuk mendukung penggunaan teknologi AI yang lebih aman.

Undangan yang terdaftar termasuk Kepala Teknologi Amazon Werner Vogels dan Kepala Operasi Google DeepMind Lila Ibrahim. Selain itu, ada juga mantan kapten kesebelasan Spanyol Iker Casillas, yang mengalami serangan jantung pada tahun 2019 silam, di mana kini dia tengah giat mengadvokasi penggunaan AI dalam pencegahan serangan jantung.

Robot yang Paham Emosi dan Punya Kreativitas Sendiri

 KTT global tersebut juga akan menghadirkan puluhan robot, termasuk beberapa humanoid seperti Ai-Da, seniman robot ultra-realistis mirip manusia tercanggih di dunia Ameca, penyanyi rock humanoid Desdemona; hingga robot pelayanan kesehatan tercanggih Grace.

Apakah AI menguntungkan umat manusia?

ITU didirikan pada tahun 1865, badan tertua di bawah naungan PBB, yang berbasis di Jenewa tersebut merasa perlu memberikan pengalamannya dalam penerapan tata kelola penangan AI.

KTT global ini juga ingin mengidentifikasi cara-cara penggunaan AI untuk memajukan tujuan pembangunan berkelanjutan PBB, yang masih tertinggal dalam isu-isu seperti kesehatan, iklim, kemiskinan, kelaparan, hingga pengadaan air bersih.

Bogdan-Martin lebih lanjut mengatakan,  AI tidak boleh memperburuk kesenjangan sosial atau menimbulkan bias ras, gender, politik, budaya, agama, atau bahkan kemakmuran.

"Pertemuan ini dapat membantu memastikan pemetaan arah AI yang bermanfaat bagi umat manusia," kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Kecerdasan Buatan bagi Kereta Masa Depan

Sementara para pendukung teknologi AI memuji pengaruhnya yang signifikan di masyarakat, termasuk di sektor pekerjaan, pelayanan kesehatan, hingga kegiatan kreatif, namun beberapa lainnya justru khawatir dengan potensi AI dalam merusak sistem demokrasi.

'Badai yang sempurna'

"Kita berada dalam badai yang sempurna, karena tiba-tiba memiliki teknologi baru yang sangat kuat ini, saya tidak berpikir teknologi itu sangat cerdas, di mana tersebar sangat luas dan banyak diberdayakan dalam kehidupan kita, tapi kita tidak benar-benar siap," kata seorang pengusaha AI, Gary Marcus.

Menurut Marcus, "kita tengah berada pada momen kritis dalam sejarah, di mana jika kita mampu melakukannya dengan benar dan membangun tata kelola global yang kita butuhkan, atau sebaliknya justru melakukan kesalahan dan tidak berhasil hingga berakhir di tempat yang buruk, di mana beberapa perusahaan mengendalikan nasib banyak orang tanpa pemikiran yang cukup.”

Bulan lalu, anggota parlemen Uni Eropa mendorong blok tersebut untuk mengesahkan salah satu undang-undang pertama di dunia yang mengatur sistem teknologi AI seperti chatbot ChatGPT milik OpenAI. Selain itu, ada pula desakan untuk meregulasi teknologi AI di Amerika Serikat.

Menjamurnya konten AI generatif

ChatGPT telah menjadi sensasi global sejak teknologi itu diluncurkan akhir tahun lalu, karena kemampuannya untuk menghasilkan konten layaknya reaksi manusia, seperti menulis esai, puisi, hingga percakapan dari perintah sederhana.

ChatGPT telah memicu menjamurnya konten AI generatif dan membuat anggota parlemen dunia berebut untuk mencari cara mengatur bot semacam itu.

Juan Lavista Ferres, kepala ilmuwan data dari Microsoft AI For Good Lab, memberikan contoh bagaimana AI dapat digunakan "untuk membuat dunia kita menjadi tempat yang lebih baik".

Salah satu yang disebutkan Ferres, adalah teknologi AI yang mampu mendiagnosis lebih dari 400 juta orang menderita diabetes, yang merupakan penyebab utama kebutaan.

Ferres mengatakan, "secara fisik tidak mungkin untuk mendiagnosis setiap pasien. Namun kami dan yang lainnya telah membangun model teknologi AI yang saat ini dapat mendiagnois kondisi itu dengan akurasi yang menyamai dokter mata terbaik. Hal tersebut bahkan dapat dilakukan melalui smartphone. Di sini AI bukan hanya sebuah solusi, tetapi merupakan satu-satunya solusi", pungkas Ferres.

kp/as (AFP)