PBB Hentikan Kampanye Anti-Polio di Pakistan
20 Desember 2012Rabu (19/12/12), seorang perempuan pekerja kesehatan yang tengah mengawasi kegiatan vaksinasi polio terbunuh bersama supirnya di Charsadda, di barat laut Pakistan. “Dengan mengendarai sepeda motor, tiga orang bersenjata yang mengenakan topeng menembaki mobil petugas kesehatan, menewaskan seorang perempuan dan supirnya.” Demikian keterangan polisi.
Beberapa jam sebelumnya, seorang petugas kesehatan relawan tertembak di kepala saat melakukan vaksinasi dari rumah ke rumah di Peshawar, dikatakan pihak kepolisian Pakistan. Hilal Ahmed, berusia 20 tahunan, dilaporkan dalam kondisi kritis. Awal pekan ini, lima petugas vaksinasi tewas ditembak di selatan kota Karachi dan seorang tewas di Peshawar.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO, yang bekerjasama dengan pemerintah Pakistan dalam gerakan anti-polio, mengatakan bahwa keputusan penghentian kampanye diambil karena situasi keamanan yang “sangat berbahaya”.
Masalah kurangnya vaksinasi menyebabkan peningkatan kasus polio di Pakistan. Tahun 2011, Pakistan mencatat 198 kasus penyakit – jumlah tertinggi dalam dekade terakhir. Polio juga mewabah di negara tetangga, Afghanistan.
Elias Durry, kepala koordinasi program anti-polio di Pakistan, mengatakan kepada kantor berita dpa, “Sampai kita mengetahui lebih banyak mengenai situasi keamanan, kami meminta para karyawan untuk bekerja dari rumah.”
Kampaye Mata-mata
Sejauh itu, tidak ada satu pihak pun yang telah mengaku bertanggung jawab atas serangan terhadap petugas kampanye anti-polio. Namun, di masa lalu, kelompok Taliban telah menentang imunisasi anti-polio. Dan awal tahun ini, Taliban menghalangi program kampaye di Waziristan, wilayah yang terus bergolak. Taliban Pakistan mengatakan bahwa kampaye pemberantasan polio dimanfaatkan pihak Barat sebagai kedok untuk memata-matai.
Pada bulan Juli lalu, pejabat Pakistan menangguhkan kampanye serupa di Waziristan setelah pemimpin Taliban Hafiz Gul Bahadur melarang kampanye ini, menyebutnya mirip dengan program vaksinasi hepatitis yang dijalankan oleh Shakeel Afridi.
Afridi dituduh telah membantu Dinas Intelejen Amerika Serikat CIA menemukan mantan pemimpin al Qaida Osama bin Laden. Bin Laden akhirnya dibunuh oleh pasukan khusus AS di tempat persembunyiannya di Abbottabad pada bulan Mei 2011.
Awal tahun ini, pengadilan Pakistan menjatuhkan hukuman 33 tahun penjara kepada Afridi dengan tuduhan melakukan penghianatan.
Shahnaz Wazir Ali, penasehat Perdana Menteri Pakistan Pervez Ashraf, mengatakan kepada DW, kasus Afridi telah menimbulkan kesulitan bagi pihak berwenang untuk menggelar kampanye anti-polio ini. “Orang berpikir bahwa terdapat agen seperti Dr. Shakeel Afridi yang bekerja sama dengan tim imunisasi polio, yang dapat menempatkan hidup mereka dalam bahaya.“ Wazir Ali menambahkan, dalam kampanye anti polio tidak dilakukan pengujian darah dan DNA. Kepada DW Wazir Ali mengatakan, kampanye anti-polio bukan merupakan anti-Islam, seperti digemborkan oleh beberapa kelompok.
Gerakan Anti Pembangunan
Nusrat Amin, seorang wartawan di Karachi, mengatakan kepada DW bahwa kekuatan anti-kemajuan di negara seperti Pakistan kerap menentang kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. “Pemerintah selalu menyerah pada tekanan suku-suku. Tidak mengejutkan jika pemerintah memilih untuk menunda kampanye ini.“
Wajahat Malik, pembuat film dan aktivis sosial di Islamabad, mengatakan kepada DW bahwa setelah kasus Afridi, “Kampanye pemberantasan polio telah kehilangan kredibilitasnya di Pakistan.“ Ia menambahkan bahwa teori konspirasi menyebar di Pakistan. Malik juga mengatakan bahwa pemerintah Pakistan bukan saja tidak memiliki kekuasan di Waziristan Utara, tetapi keberadaannya juga hampir tidak tampak di seluruh wilayah ini.
Politik Domestik
Akhir-akhir ini, Taliban telah melebarkan aktivitas mereka ke kota-kota Pakistan lainnya – termasuk Karachi, yang dianggap sebagai benteng bagi partai liberal Muttahida Qaumi Movement (MQM). Malik Siraj Akbar, pakar Pakistan di National Endowment for Democracy di Washington, kepada DW mengatakan bahwa pemerintah Pakistan mengabaikan dan menyangkal adanya peningkatan “Talibanisasi“ di Karachi. “Hal ini mengingatkan kita tentang keberadaan kelompok garis keras Islam yang mampu mewujudkan kekuasaan mereka tanpa bisa dilacak atau dihukum,“ dikatakan Akbar.
Menurut pandangan Akbar, Partai MQM dan partai-partai liberal lain di Karachi tidak menolak Islamisasi, dan menunjukan “penolakan sempit terhadap Talibanisasi yang berdasarkan pada poltik etnis“.
“Tanggapan MQM terhadap Talibanisasi di Karachi sama seperti tanggapan Pakistan terhadap perang melawan teror. Pakistan secari resmi bukanlah pemeran utama dalam perang melawan teror. Pakistan tidak merasa yakin secara ideologis bahwa ini adalah perang,“ komentar Akbar.
Namun banyak pakar Pakistan percaya bahwa MQM adalah satu-satunya kekuatan politik di Karachi yang dapat menahan peningkatan pengaruh Taliban di selatan Pakistan. Para pakar mengatakan bahwa dengan menyerang para pekerja kesehatan di Karachi, Taliban juga berupaya untuk dapat menerapkan kontrol politik mereka di kota Karachi yang liberal.