1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialTimur Tengah

PBB: 13 Juta Orang Yaman Terancam Kelaparan

24 Februari 2022

Kepala Program Pangan PBB memperingatkan bahwa 13 juta orang Yaman terancam kelaparan karena konflik sipil yang berkepanjangan dan kurangnya dana untuk bantuan kemanusiaan.

https://p.dw.com/p/47WIn
Pengungsi hidup dalam kondisi menyedihkan di tenda-tenda darurat di Taiz, Yaman, November 2021
Program Pangan PBB kehabisan dana untuk memenuhi kebutuhan orang-orang di YamanFoto: Abdulnasser Alseddik/picture-alliance/AA

Dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press pada hari Rabu (23/02), Kepala Program Pangan PBB (WFP) David Beasley mengatakan bahwa Yaman "dalam situasi yang sangat buruk” dengan lebih dari 40 persen populasi sudah bergantung pada pasokan makanan dari Program Pangan Dunia.

"Kami memberi makan 13 juta orang di negara berpenduduk 30 juta orang, dan kami kehabisan uang," kata Beasley, berbicara dari ibu kota, Sanaa.

Sejak pandemi melanda, lebih banyak orang terancam kelaparan secara global, yang memberikan tekanan luar biasa pada WFP, kata Beasley. Saat ini, 285 juta orang di seluruh dunia menghadapi ancaman kelaparan, yang membuatnya lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan Yaman, tambahnya.

"Kami memiliki dua kali lipat jumlah orang yang berjuang di seluruh dunia sekarang,” kata Beasley. "Jadi, apa yang akan saya lakukan untuk anak-anak di Yaman? Mencurinya dari anak-anak di Etiopia, Afganistan, Nigeria, atau di Suriah? Itu tidak benar," tambahnya.

Tidak cukup bantuan untuk bencana kelaparan global

Beasley mengatakan agensinya terpaksa memotong jatah menjadi dua untuk 8 juta orang Yaman karena kekurangan dana.

"Kami mungkin akan memangkasnya menjadi nol. Apa yang kamu pikir akan terjadi? Orang-orang akan mati. Ini akan menjadi bencana besar," katanya.

Menurut data PBB, sekitar 811 juta orang tidak memiliki cukup makanan di seluruh dunia dan diperkirakan 45 juta orang di 43 negara berisiko kelaparan. Beasley mengatakan WFP membutuhkan tambahan 9 miliar dolar untuk memenuhi meningkatnya permintaan bantuan pangan di seluruh dunia.

"Dengan kekayaan senilai $430 triliun (yang dimiliki konglomerat) di dunia saat ini, seharusnya tidak ada satu anak pun yang meninggal di mana pun di Bumi ini,” ia berpendapat.

Yaman telah dilanda perang saudara sejak 2014, ketika pemberontak Houthi yang didukung Iran menguasai ibu kota Sanaa dan sebagian besar bagian utara negara itu, memaksa Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi melarikan diri ke selatan, lalu ke Arab Saudi.

"Di Yaman, anak-anak dan keluarga-keluarga ini telah membayar harga yang cukup lama untuk perang yang mereka hadapi. Sudah waktunya perang berakhir,” kata Beasley. "Saat ini yang saya lihat adalah anak-anak dan keluarga meminta makanan. ha/yf (AP)