1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tibet Olympia Fackel

20 Juni 2008

Cina akan mengarak obor olimpiade di ibukota Tibet, Sabtu (21/06). Provokasi, begitu penilain banyak warga Tibet.

https://p.dw.com/p/ENX7
Foto: AP

Sejak setengah abad silam, Dharamsala merupakan pusat masyarakat eksil Tibet di India. Di sini lah kedudukan pemerintahan eksil, di sinilah tempat kediaman pemimpin tertinggi rakyat Tibet, Dalai Lama, sejak ia terpaksa mengungsi dari negeri atap dunia. Dan sejak itu hubungan emosional warga eksil dengan tanah air mereka bertambah kuat.

Kini, arak-arakkan doa malam, yang dimulai sejak kerusuhan di Tibet bulan Maret, semakin jarang dilakukan. Tapi, jika acara itu digelar, masih ratusan orang yang ikut berjalan menuju vihara utama dengan lilin menyala di tangan.

Kungsang Sonam, satu dari sedikit warga yang berhasil keluar dari Tibet mengatakan, "Mereka yang ditangkap polisi saat kerusuhan, sekarang sedang disiksa habis-habisan. Mereka yang tidak ditangkap, hidup dalam ketakutan."

Bahwa obor olimpiade akan diarak di Tibet Sabtu besok, dinilai Kungsang sebagai provokasi. Biksu Tzering juga menganggapnya begitu.

Tzering mengatakan, "Cina berupaya untuk melegitimasi kekuasaannya di Tibet dengan parade obor olimpiade, sambil menekan para biksu di biara-biara. Cina ingin mnyesatkan masyarakat dunia. Tapi mengarak obor olimpiade di Tibet, akan jadi masalah besar. Rakyat Tibet tak akan tinggal diam."

Tapi tidak begitu pandangan Dalai lama, kata juru bicaranya Tenzing Takhla. Pemimpin tertinggi Tibet menjalankan arah politik yang moderat terhadap Beijing. Sikap Dalai Lama terhadap penyelenggaraan Olimpiade di Beijing sudah jelas, kata Tenzing.

"Ini adalah saat yang membanggakan bagi Cina, kita tidak seharusnya membuat mereka marah sekarang. Mereka ingin menyelenggarakan acara itu, kita seharusnya membiarkan itu terjadi", tegasnya.

Sangat berbeda dengan Konggres Pemuda Tibet. Organisasi pemuda ini menilai Dalai Lama terlalu moderat terhadap Cina. Mereka juga menentang keras Olimpiade musim panas di Beijing, kata ketuanya Tzewang Rigzin.

Rigzin menambahkan, "Cina menggunakan Olimpiade sebagai instrumen politik untuk menunjukkan pada dunia bahwa Tibet adalah bagian dari Cina. Itu sama sekali tidak bisa kami terima. kami akan memprotesnya dalam segala kesempatan."

Tindakan sejauh itu tidak akan dilakukan Kalon Tripa, ketua parlemen eksil Tibet. Tapi, ia menolak tegas pawai obor olimpiade di Tibet.

Kalon Tripa mengatakan, "Ini kebijakan yang sangat tidak tepat dari pemerintah Cina. Saat ini, sentimen rakyat Tibet terhadap Cina sangat tinggi sekali. Mengarak obor olimpiade di Tibet sama saja dengan mengabaikan perasaan rakyat Tibet, membuat rakyat semakin marah. Jadi kebijakan itu betul-betul salah."

Di Lhasa, ibukota Tibet yang akan didatangi obor Olimpiade Sabtu besok, warga masih takut-takut mengomentasi situasi secara terbuka. Sementara media pemerintah Cina mendeskripsikan kegembiraan menjelang pawai obor olimpiade.

Kantor berita Xinhua menyebutkan, jalan-jalan utama Lhasa dihiasi slogan-slogan seperti 'Persatuan Etnis'. Bendera nasional Cina dikibarkan di rumah-rumah dan mobil-mobil. Jendela-jendela ditempeli kertas bertuliskan 'Ayo Beijing'. (rp)