1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikTaiwan

Parlemen Prancis Kunjungi Taiwan di Tengah Kecaman Beijing

7 September 2022

Kunjungan anggota parlemen Prancis berlangsung setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi datang ke Taipei. Hal ini memicu ketegangan antara Taiwan dan Cina.

https://p.dw.com/p/4GV2Y
Bendera Taiwan
Ini menandai kunjungan pertama delegasi tingkat tinggi Eropa setelah lawatan PelosiFoto: Sam Yeh/AFP/Getty Images

Delegasi lima anggota parlemen Prancis tiba di Taipei pada Rabu (07/09). Hal ini menandai kunjungan pertama delegasi tingkat tinggi Eropa sejak kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan bulan lalu.

Apa yang dilakukan delegasi Prancis di Taiwan?

Delegasi lintas partai Prancis dipimpin oleh Senator Cyril Pellevat, wakil presiden Komite Urusan Eropa majelis tinggi Prancis.

Anggota parlemen dijadwalkan bertemu dengan Wakil Presiden Taiwan Lai Ching-te, dan Ketua Legislatif You Si-kun, di antara pejabat tinggi lainnya untuk membahas berbagai masalah, termasuk keamanan regional, inovasi teknologi, dan penguatan rantai pasokan industri.

Ini adalah kunjungan keempat anggota parlemen Prancis ke Taiwan dalam 12 bulan terakhir.

"Kedatangan itu sepenuhnya menunjukkan persahabatan yang baik antara Taiwan dan Prancis," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan Joanne Ou. Para anggota parlemen akan menetap di Taiwan hingga Senin.

Kunjungan tingkat tinggi AS ke Taiwan

Delegasi AS lainnya yang dipimpin oleh Perwakilan Stephanie Murphy, seorang Demokrat Florida, diperkirakan akan tiba di Taiwan pada Rabu (07/09), dan melakukan lawatan sampai Jumat.

Delegasi bipartisan ini termasuk Demokrat Kaiali'i Kahele dan Partai Republik Scott Franklin, Joe Wilson, Andy Barr, Darrell Issa, Claudia Tenney dan Kat Cammack.

Hal ini akan menjadi yang terbaru dari serangkaian kunjungan pejabat tinggi AS, termasuk anggota parlemen dan gubernur negara bagian, yang mengikuti perjalanan Pelosi pada Agustus ke Taiwan.

Pelosi adalah pejabat tertinggi AS yang mengunjungi Taiwan, dan perjalanannya memicu meningkatnya ketegangan Taiwan dengan Cina. Segera setelah perjalanan itu, Beijing mengatakan akan "menjatuhkan sanksi kepada Pelosi dan keluarga dekatnya."

Meningkatnya ketegangan di kawasan

Cina mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya dan meluncurkan latihan militer besar-besaran setelah kunjungan Pelosi. Beijing telah memperingatkan agresi militer jika diprovokasi oleh Amerika Serikat. Sementara Washington tidak memiliki hubungan formal dengan Taiwan, namun terikat oleh hukum untuk menyediakan sarana untuk membela diri.

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada Selasa mengatakan ketegangan terus terjadi karena serangan jet militer Cina terus berlanjut. Taipei juga memperingatkan terhadap kampanye disinformasi Cina, drone dan taktik zona abu-abu lainnya.

Taiwan, yang memiliki pemerintahan yang dipilih secara demokratis sejak 1949, mengatakan Cina tidak pernah memerintah pulau itu dan tidak memiliki hak untuk mengklaimnya. Menurut Taipei, masa depan Taiwan hanya dapat ditentukan oleh 23 juta penduduknya. rs/yf (Reuters, dpa)