1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Palang Merah: Korban Bencana Sering Juga Menjadi Korban Diskriminasi

Edith Koesoemawiria14 Desember 2007

Korban bencana alam di seluruh dunia pada tahun yang akan berakhir ini mencapai 142 juta orang. Kelompok minoritas yang paling menjadi korban.

https://p.dw.com/p/CbPY

Dua puluh empat ribu orang meninggal dunia akibat bencana alam yang terjadi. Data-data tersebut dipublikasikan hari Kamis (13/12)dalam sebuah laporan besar mengenai bencana alam di dunia.

Situasi sangat kritis bagi anak-anak, manula, penyandang cacat dan kelompok-kelompok minoritas yang mengalami bencana alam seperti banjir, gempa bumi atau angin. Begitu dilaporkan Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Selain menjadi korban bencana alam, seringkali kelompok-kelompok ini juga harus berhadapan dengan diskriminasi. Bagi orang-orang yang terpinggirkan, selamat dari bencana alam tidak berarti terbebas dari ancaman. Apalagi seringkali, justru masyarakat yang tersisihkan ini dilupakan ketika perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dibuat.

Laporan Palang Merah dan Sabit Merah tahun ini secara khusus menyorot dampak diskriminasi terhadap korban bencana. Merujuk laporan itu, Presiden Palang Merah Jerman Rudolf Seiters menyebutkan, kerugian yang diakibatkan bencana alam mencapai 34,5 milyar Euro.

Philippinen - Verwüstungen nach Taifun Durian
Banjir bandang akibat Topan Durian di Philipna, Desember 2006, tinggalkan kerusakan hebatFoto: AP

Sehubungan dengan diskriminasi, Seiters mengingatkan, bahwa yang bertanggung jawab atas sikap ini adalah manusia. Oleh sebab itu amat penting untuk menghapus segala bentuk diskriminasi sebelum bencana alam terjadi. Ia menyebutkan, selain memberi bantuan untuk korban, secara jangka panjang dibutuhkan kerjasama untuk mengatasi segala diskriminasi. Ia tambahkan, upaya untuk mengatasi diskriminasi sebaiknya dilakukan dalam situasi normal.

Presiden Palang Merah Jerman, Rudolf Seiters menunjuk kepada Bangladesh, dimana sejak 1996 upaya Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah untuk mengatasi dampak badai angin telah menunjukan hasil positif. Dibandingkan dengan terjangan badai di Bangladesh tahun 1971 yang menewaskan 141.000 orang, korban nyawa tahun ini dari badai yang kekuatannya sama turun jauh. Badai Sidr di Bangladesh tahun ini menewaskan 3000 orang.

Halbes Jahr nach Tsunami - Zerstörungen in Banda Aceh
Banda Aceh, Juni 2005, setengah tahun setelah diterjang TsunamiFoto: dpa - Bildfunk

Laporan Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah itu mencatat kesulitan yang dihadapi kelompok etnis Roma yang terlantar ketika banjir besar melanda Rumania di tahun 2005. Selain itu dampak gempa bumi terhadap kelompok etnis Buraku, yang merupakan kelompok minoritas paling didiskriminasi di Jepang. Menurut laporan itu suku-suku Nomad yang hidupnya berpindah-pindah, maupun pekerja migran merupakan kelompok yang rawan terhadap diskriminasi.

Di Indonesia, upaya mengatasi diskriminasi dilakukan antara lain dengan menyebar luaskan ketujuh prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.

Dua prinsip pertama gerakan ini secara khusus menunjukan posisi anti diskriminasi. Prinsip pertama mengenai Kemanusiaan, menegaskan upaya mengurangi penderitaan, tanpa membedakan korban yang terluka, baik dalam pertempuran maupun peristiwa lain. Sedangkan nilai kesamaaan diutarakan dalam prinsip yang kedua, bahwa dalam memberikan bantuan, baik Palang Merah maupun Bulan Sabit Merah melarang adanya pembedaan atas dasar kebangsaan, kesukuan, agama atau pandangan politik.