1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

OXFAM: Jurang Kaya-Miskin Makin "Tidak Terkendali"

21 Januari 2019

Kesenjangan pembagian kekayaan di dunia sekarang sudah "tidak terkendali" dan berdampak antara lain terhadap perempuan, kata organisasi anti kemiskinan OXFAM hari Senin (21/1) di Davos, Swiss.

https://p.dw.com/p/3BtKZ
Sudan - Eine sudanesische Frau wartet vor einer Toilette der britischen Hilfsorganisation Oxfam
Foto: Getty Images/AFP/J. Cendon

26 orang terkaya dunia menguasai harta kekayaan setara dengan seluruh harta 50 persen warga termiskin dunia, kata Oxfam dalam laporan terbarunya yang dirilis Senin (21/1) di sela-sela ajang World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss.

"Ini tidak bisa dihindari, ini tidak dapat diterima," kata Direktur Eksekutif Oxfam International Winnie Byanyima dalam sebuah wawancara dengan kantor berita AP.

Dalam laporan tersebut, yang didasarkan pada data-data dari laporan tahunan Credit Suisse 'Wealth Databook dan Daftar Billionaires', Oxfam mengatakan jumlah miliarder Dolar bertambah hampir dua kali lipat sejak krisis keuangan satu dekade lalu. Namun tingkat pajak pada orang kaya dan korporasi malah turun ke level terendah dalam beberapa dekade.

"Sementara perusahaan dan orang super kaya menikmati tagihan pajak yang rendah, jutaan anak perempuan ditolak mendapatkan pendidikan yang layak, dan perempuan menghadapi kematian karena kurangnya perawatan kehamilan," kata Winnie Byanyima.

Südafrika | World Economic Forum on Africa 2017 | Winnie Byanyima
Direktur Eksekutif OXFAM Winnie ByanyimaFoto: World Economic Forum/J. Polacsek

Sistem pajak yang lebih adil

Oxfam mengatakan, untuk mengatasi kesenjangan pembagian kekayaan ini, harus dibuat sistem pajak yang lebih adil. Dengan menaikkan pajak hanya 0,5 persen saja kepada 1 persen orang terkaya dunia, akan terkumpul dana untuk pendidikan 262 juta anak-anak yang sekarang tidak sekolah, dan menyediakan pelayanan kesehatan yang bisa menyelamatkan jiwa 3,3 juta orang.

Pemerintahan juga disarankan untuk meninjau kembali pajak atas kekayaan seperti warisan atau properti, yang saat ini dibanyak negara maju makin dikurangi atau dihilangkan, dan di banyak negara berkembang hampir tidak diterapkan.

"Pemerintah sekarang harus melakukan perubahan nyata dengan memastikan agar perusahaan dan individu kaya membayar pajak yang adil, dan menginvestasikan uang ini dalam pelayanan kesehatan dan pendidikan gratis yang memenuhi kebutuhan semua orang - termasuk perempuan dewasa dan anak-anak yang kebutuhannya sering diabaikan," kata Direktur Eksekutif OXFAM Winnie Byanyima.

Dia menambahkan, para tokoh yang hadir di Forum Ekonomi Dunia di Davos  memiliki kekuatan untuk menjadi "solusi demi mengakhiri ketidaksetaraan ekstrem" ini.

Infografik Weltregionen mit der höchsten Armutsquote EN
Kuota warga miskin dunia berdasarkan wilayah

"Solusinya ada"

OXFAM mengatakan 3,8 miliar manusia termiskin mengalami penurunan kekayaan sampai 13 persen tahun lalu. Kondisi ini menorpedo upaya penanggulangan kemiskinan, merusak perekonomian dan menyulut kemarahan publik.

"Orang di seluruh dunia marah dan frustasi," kata Winnie Byanyima. Laporan OXFAM menyebutkan, antara 1980 dan 2016, masyarakat termiskin dunia hanya mendapat bagian 12 sen Dolar dari setiap Dolar pertumbuhan ekonomi global, sementara warga terkaya dunia menikmati 27 sen Dolar.

"Solusi ada di sana, dan itulah sebabnya kami datang ke Davos, untuk mengingatkan para pemimpin di sini, bahwa Anda telah membuat komitmen; sekarang lanjutkan itu dengan tindakan," katanya. Winnie Byanyima menegaskan, cara mengatasi kesenjangan itu ada, dan solusinya sudah terbukti.

hp/ts (ap, rtr, afp)