1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Olimpiade dan Pelanggaran Hak Asasi

9 Agustus 2007

Pelanggaran hak asasi secara sistematis di China disebutkan tidak sesuai dengan filosofi olimpiade.

https://p.dw.com/p/CPFh
Pesta meriah dimulainya hitung mundur olimpiade 2008
Pesta meriah dimulainya hitung mundur olimpiade 2008Foto: AP

Upacara untuk menandai hitung mundur setahun menjelang Olimpiade Beijing 2008, masih dikomentari secara kritis sejumlah harian internasional. Terutama disoroti tema pelanggaran hak asasi dan pengekangan kebebasan berpendapat di China, yang dikaitkan dengan penyelenggaraan pesta akbar olahraga tsb. Berkaitan dengan berbagi kritik terhadap masalah hak asasi di China, harian Italia Corriere della Sera yang terbit di Milan berkomentar : Seperti juga demokrasi, yang tidak dapat diekspor dengan cara kekerasan, juga tidak mungkin memaksa sebuah negara berdaulat untuk menghargai hak asasi manusia. Apalagi jika menyangkut sebuah negara, yang memiliki dimensi, bobot ekonomi serta posisi strategis penting seperti China. Tapi, apakah tepat jika menimbang hal itu, kemudian secara realistis mundur? Atau bahkan kadang-kadang bersikap mirip komplotan. Tentu saja tidak begitu. Sebaliknya demokrasi barat yang terguncang dan terganggu oleh dunia yang tidak stabil, harus mempertahankan nilai yang membangun identitasnya.

Juga harian Belgia De Standaard yang terbit di Brussel mengomentari situasi hak asasi manusia dikaitkan dengan olimpiade Beijing tahun depan. Dalam tajuknya harian ini menulis : Rakyat China memang kini dididik secara massal untuk mengenal etika dan sopan santun. Jangan meludah sembarangan. Jangan menyerobot antrian. Jangan bengong memandangi orang asing. Semuanya manjur, tapi gambaran kemasyarakatan tetap diwarnai gaya totaliter. Boikot terhadap olimpiade sebelumnya, di Montreal, di Moskow di Los Angeles, pada akhirnya hanya merugikan negara yang tidak mengirimkan atlitnya. Sebab berbagai pertandingan cabang olahraga ternyata jauh lebih menarik dari politik. Akan tetapi, sisa waktu satu tahun menjelang olimpiade Beijing, merupakan satu tahun yang amat berharga. China kini menempati posisi puncak di dunia. Dan harus menyadari, pandangannya menyangkut hak asasi manusia, harus disesuaikan dengan status baru tsb.

Sementara harian Spanyol El Mundo yang terbit di Madrid berkomentar : Olimpiade memiliki filosofi yang menghormati prinsip dasar kesopanan dan martabat manusia. Semua pandangan kini diarahkan ke China. Orang kagum terhadap kemajuan dramatis. Tapi juga geram melihat pelanggaran hak asasi secara sistematis. Baru-baru ini pemerintah di Beijing juga menarik kembali janjinya, untuk memberikan jaminan kebebasan bagi para wartawan. Inilah paradox yang menyedihkan, dimana sebuah negara yang tidak mengormati martabat manusia, justru ditunjuk sebagai penyelenggara olimpiade.

Terakhir harian Belanda De Volkskrant berkomentar : Desakan untuk kebebasan di China tetap merebak. Apa yang akan dilakukan pemerintah komunis China, jika seluruh dunia mengarahkan kamera, mikrofon dan komputernya ke China? Bagi sebuah rezim yang selalu curiga, gelombang para wartawan yang selalu ingin tahu, merupakan beban berat yang harus diarahkan ke jalan yang tepat. Diharapkan dengan olimpiade dan keterbukaan yang dibawa oleh berbagai pertandingan, tuntutan kebebasan yang dibungkam di lapangan Tien An Men tahun 1989 lalu, kembali menunjukkan sosoknya yang nyata.