1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Olimpiade Beijing: Olahraga Lawan Politik

18 Maret 2008

Invasi Uni Sovyet ke Afganistan menyebabkan Olimpiade Moskow 1980 diboikot 30 negara. Empat tahun kemudian, ketika Los olimpiade diselenggarakan di AS, 14 negara blok timur membalas memboikotnya.

https://p.dw.com/p/DQpX
Foto: AP

Cara boikot ini, ditengah era globalisasi tidak lagi jamannya. Komite Olimpiade Internasional IOC memahami posisinya bukan sebagai lembaga politik. Wakil Ketua IOC Thomas Bach menyatakannya dengan jelas:

"IOC tidak memiliki mandat politik.Dan tidak dapat diharapkan dari IOC untuk memecahkan masalah di dunia, yang tidak dapat dipecahkan oleh Sekjen PBB, Presiden Amerika Serikat dan Kanselir Jerman."

Jerman sendiri mengalaminya menjelang Olimpiade tahun 1936 di Berlin, yakni diskusi untuk memboikotnya, seperti yang terjadi saat ini menjelang olimpiade di Beijing. Setelah rejim NAZI mengambil alih kekuasaan, publik secara luas meragukan Jerman akan dapat menghormati "Piagam Olimpiade", dan menyerukan peluang yang sama bagi semua peserta tanpa membedakan agama dan ras.

Rejim NAZI memang disaat terakhir berhasil menggagalkan aksi boikot. Tapi penerimaan nilai olimpiade oleh rejim NAZI hanya merupakan cara untuk mengelabui. Juga Cina sekarang, setelah kerusuhan dan tindak kekerasan di Tibet, berusaha untuk menutup-nutupinya.

Pesta akbar olahraga seperti olimpiade sebenarnya dapat mendorong dilakukannya keterbukaan politik di sebuah negara. Hal ini ditunjukkan ketika berlangsungnya olimpiade tahun 1988 di Seoul, Korea Selatan. Hasilnya liberalisasi politik dalam negeri Korea Selatan dan mendapat pengakuan dari negara sosialis lainnya, yang sebelumnya hanya menjalin hubungan diplomatik dengan Korea Utara.

Bagaimanapun tujuan utama olimpiade adalah meraih prestasi di cabang olahraga. Ini menyangkut pertarungan dan persaingan untuk merebut medali. Situasi politik yang sulit menempatkan olahragawan pada masalah yang mendasar. Roland Baar, mantan atlit dayung yang pernah meraih medali emas olimpiade dan selama bertahun -tahun menjadi anggota pimpinan Komite Olimpiade Internasional IOC mengatakan:

"Saya memahami adanya imbauan untuk melakukan boikot. Di dada saya berdetak dua jantung, yakni olahragawan dan manusia. Olahragawan mengatakan, saya menyiapkan diri untuk bertarung. Sedangkan manusia mengatakan, kita harus melakukan sesuatu. Tapi sejarah telah menunjukkan aksi boikot tidak memberikan hasil yang banyak."

Sementara itu, pemerintah Jerman dan Komite Olimpiade Nasional Jerman menyatakan menentang aksi boikot terhadap olimpiade di Beijing. (ar)