1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Rintis Politik Untuk Eropa Timur

16 Desember 2008

Tanggal 20 Januari 2009 Barack Obama akan dikukuhkan sebagai presiden AS ke 44. Kerangka politik luar negerinya mulai terlihat, juga menyangkut kawasan Balkan dan Eropa Timur.

https://p.dw.com/p/GH7t
Presiden AS mendatang Barack Obama bersama calon menlu Hillary Clinton dan penasehat keamanannya James Jones.Foto: AP

Harapan akan terjadinya perubahan positif dilontarkan oleh PM Rusia Vladimir Putin. Demikian pula Presiden Dmitri Medvedev merasa optimis, berdasarkan semua yang didengarnya tentang presiden AS mendatang. Terutama lagi diharapkannya, perubahan sikap Washington dalam soal rencana penempatan sistem penangkis rudal di Polandia dan Ceko.

Tetapi Victor Jackovich, pakar soal Eropa Timur pada Pusat Strategi dan Studi Internasional (CSIS) di Washington, memperingatkan agar harapan tidak ditaruh terlalu tinggi. Obama memang akan membawa budaya baru dalam pertukaran soal politik luar negeri dan keamanan dengan sahabat dan mitra-mitranya. Tetapi jangan diharapkan perubahan besar dalam waktu singkat dari kebijakan politik yang dijalankan George W. Bush, termasuk dalam soal sistem penangkis rudal. Selanjutnya Jackovich mengemukakan: "Yang meresahkan saya adalah kesan, bahwa Rusia tidak menganggap perluasan NATO dan UE sebagai kontribusi bagi demokratisasi dan stabilisasi di dunia. Itulah sebabnya mengapa dilancarkan invasi ke Georgia. Masih terlalu dini untuk mengatakan bahwa itu mencerminkan perkembangan jangka panjang di Moskow. Karenanya, mulai hari pertama, pemerintahan Obama harus tanggap menghadapinya."

Sebagai menlu, Hillary Clinton dapat dikatakan punya banyak pengalaman dari berbagai perjalanannya ke wilayah-wilayah perang di bekas Yugoslavia. Demikian pula mantan komandan NATO James Jones yang akan menjadi penasehat keamanan Barack Obama. James Jones sudah mengenal mitra bicaranya di Moskow dan kawasan Balkan lewat Dewan NATO-Rusia atau misi perdamaian NATO di Bosnia-Herzegovina dan Kosovo.

"Harapan juga dikaitkan dengan wakil presiden yang baru Joseph Biden, seorang pakar politik luar negeri. Berdasarkan pengalaman pribadi, saya dapat mengatakan, dia punya pengetahuan luas tentang data, fakta dan manusia di berbagai penjuru dunia. Juga di Eropa Timur yang sering dikunjunginya. Dia mengenal masalah-masalah yang dihadapi. Saya pikir Biden akan memainkan peranan kuat di bidang politik luar negeri." Tandas Victor Jackovich, pakar Eropa Timur di Washington selanjutnya. Tahun 90-an Jackovich menjadi dubes AS di Moldavia, Slovenia dan Bosnia. Selain itu dia juga pernah menjadi diplomat di Moskow, Bukarest dan Sofia. Jackovich yakin, pemerintah baru AS akan menuntut negara-negara Eropa Tenggara dan Eropa Timur agar membina struktur sebuah negara hukum, dan agar negara-negara di kawasan itu menormalisasi hubungan timbal balik. Misalnya terhadap Serbia, agar mengakui kemerdekaan Provinsi Kosovo.

Media-media di Beograd sekarang pun sudah membicarakan, bahwa menlu AS mendatang sepuluh tahun lalu menyetujui serangan udara NATO terhadap Serbia, saat berlangsungnya perang Kosovo. Sebaliknya di Sarayevo dikenang baik upaya perdamaian yang dijalankan wakil presiden mendatang, selama berlangsungnya Perang Bosnia. Ketika itu Biden masih menjadi politisi luar negeri dalam Senat AS. Tetapi sekarang tentunya kerangka kerja baginya berbeda. Tetapi menurut Victor Jackovich, tidak pada tempatnya untuk menengok ke belakang. Yang lebih penting adalah melihat kondisi setempat sekarang ini dan mengkaji bantuan apa yang dapat diberikan. Dan yang lebih penting lagi adalah mengintegrasikan kawasan itu dalam masyarakat Transatlantik.

Sebagai penasehat keamanan Obama, mantan jendral NATO James Jones diharapkan akan memacu keanggotaan Ukraina, Georgia, Makedonia dan Montenegro dalam pakta militer tsb. Bulan Januari 2009 jumlah anggota NATO akan bertambah lagi dengan Albania dan Kroasia. (dgl)