1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama-Netanyahu Lakukan Pertemuan Tertutup

10 November 2009

Pertemuan tertutup antara Presiden Barack Obama dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Senin (09/11), gagal menghasilkan isyarat dilanjutkannya proses perdamaian Timur Tengah.

https://p.dw.com/p/KT0g
Netanyahu (kiri) dalam kunjungannya ke Washington Mei lalu

Berbeda dengan kunjungan perdana menteri Israel biasanya, wartawan tak diijinkan mengikuti pembicaraan di ruang Oval, Senin (09/11). Gedung Putih menyatakan, Obama dan Netanyahu mendiskusikan bagaimana mendorong perdamaian di Timur Tengah, juga tentang Iran dan masalah keamanan lain.

Pertemuan berlangsung satu jam 40 menit. Netanyahu meninggalkan Gedung Putih tanpa melakukan konferensi pers bersama presiden AS, seperti biasanya.

Seorang pejabat tinggi Israel mengatakan sebelum pertemuan, Netanyahu bermaksud menyampaikan pada Obama bahwa Israel akan bermurah hati dalam mengendalikan pembangunan pemukiman di Tepi Barat, agar perundingan damai bisa dimulai kembali.

Netanyahu secara terbuka mendesak Presiden Palestina Mahmud Abbas untuk segera memulai perundingan. Namun Abbas mengatakan, hal itu hanya mungkin jika Israel menghentikan total pembangunan pemukiman di wilayah Palestina.

Abbas menuding AS tidak cukup kuat berupaya agar Israel menghentikan pembangunan tersebut. Setelah berbulan-bulan mendukung seruan Palestina agar Israel menghentikan total aktivitas pemukiman, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton berbalik memuji tawaran Israel tentang pembangunan terbatas. Pernyataan kontroversial Clinton memicu kemarahan di kalangan negara Arab.

Presiden Mahmud Abbas mengancam akan mengundurkan diri jika upaya AS untuk melanjutkan perundingan damai di Timur Tengah tetap buntu.

Ketua juru runding Palestina Saeb Erekat, Selasa (10/11), mengatakan, "Jika Abbas merasa proyeknya untuk mendirikan negara Palestina terancam dan Israel ingin menghancurkan gagasan itu, Abbas tak akan mempertahankan posisinya sebagai presiden Palestina."

Mundurnya Abbas bisa berakibat lumpuhnya otoritas Palestina dan mencemaskan negara-negara Barat. Para diplomat meyakini, diperlukan seorang pemimpin Palestina yang kuat guna merundingkan perdamaian abadi di Timur Tengah.

Selasa ini (10/11), Menteri Luar Negeri Perancis Bernard Kouchner mendesak Presiden Mahmud Abas untuk tidak mengundurkan diri. Bernard Kouchner yang dalam beberapa hari mendatang akan melawat ke Israel dan Palestina mengatakan, "Kita perlu berunding kembali dengan Abbas, karena itu jangan sampai ia mengundurkan diri."

Perancis berkeyakinan Israel harus setuju membekukan pembangunan pemukiman di wilayah Palestina, sebagai prasyarat dimulainya kembali perundingan damai. Menurut Kouchner, dalam pertemuan dengan Presiden Presiden Nicolas Sarkozy, Rabu besok (11/22), Netanyahu akan menerima pesan kuat bahwa pembangunan di wilayah pendudukan harus dihentikan.

RP/HP/ap/afp/rtr