1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Mulai Hadapi Realitas Pahit

as24 Februari 2009

Barack Obama kini harus menghadapi realitas berupa krisis multi dimensi. Semua menyadari, Obama harus melakukan revisi yang menyakitkan.

https://p.dw.com/p/H0MR
Presiden Barack Obama memaparkan program konjunkturnya di depan jajaran petinggi pemerintahan AS.Foto: AP

Program konjunktur dan kebijakan politik lainnya dari pemerintahan baru AS di bawah presiden Barack Obama dikomentari sejumlah harian internasional.

Harian Perancis La Croix yang terbit di Paris dalam tajuknya berkomentar :

Impian Amerika yang menjadi citra Barack Obama selama masa kampanye, kini meghadapi ujian amat berat. Optimisme, penuh energi dan keberanian sekarang harus dibuktikan dengan keputusan yang konkrit dan ketetapan yang menyakitkan. Tantangan terbesar dari pidato nasional Obama adalah bagaimana mewujudkan semua itu? Rakyat Amerika menunggu dengan penuh harapan. Tapi juga rakyat bagian lainnya di dunia berharap serupa.

Sementara harian AS The Washington Post yang terbit di Washington DC berkomentar :

Diukur dengan klaimnya sendiri, program konjunktur senilai 787 milyar Dolar dari presiden Barack Obama boleh dikatakan amat mengecewakan. Menimbang peringatan amat mendesak dari Obama, rakyat mengharapkan paketnya hampir seluruhnya akan digunakan untuk menghidupkan kembali sektor ekonomi. Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Politik Obama membahayakan sifat ekonomi dari programnya sendiri. Semakin banyak kekuasaan terpusat di Washington. Dengan begitu program tsb dimanfaatkan untuk mencapai sasaran politiknya, sementara anggaran belanja terbengkalai dan tersendat-sendat.

Harian konservatif Norwegia Aftenposten yang terbit di Oslo dalam tajuknya mengomentari program konjuktur yang dikaitkan dengan lawatan menlu AS Hillary Clinton ke Asia :

Manajemen krisis Barack Obama amat mengecewakan. Akhir pekan lalu, menlu Hillary Clinton secara resmi memohon atau tepatnya mengemis pinjaman kepada pemerintah Cina. Diragukan, apakah pemerintah dapat mengendalikan situasi krisis? Padahal masalah mendasar di AS adalah, kerugian seluruh sektor perbankan yang amat besar, yang tidak dapat ditutupi oleh siapapun, kecuali oleh negara sendiri. Pengucuran modal seharusnya bertujuan menghindarkan terhambatnya pemberian kredit. Tapi, rakyat juga mengkhawatirkan pengucuran kredit sebesar itu, hanya akan menguntungkan pemilik saham perorangan, jika situasi ekonomi kembali normal. Untuk sementara ideologi yang menentukan haluan politik. Tapi dipertanyakan, sampai seberapa lama?

Terakhir harian Italia Corierre della Sera menyoroti politik Obama di Afghanistan. Harian yang terbit di Milano ini berkomentar :

Bagi presiden Barack Obama hanya tersisa sedikit ruang gerak politik di Afghanistan. Setiap hari di berbagai pelosok Afghanistan, rasa tidak aman terus meningkat. Sementara prioritas politik Obama saat ini adalah menanggulangi krisis ekonomi di negaranya. Konsep kemenangan di Afghanistan, sama seperti konsep kemenangan di Irak, tidak dapat dipikirkan sebagai strategi militer murni. Pakistan merupakan faktor kunci yang memainkan perananan menentukan, dalam upaya yang tidak menjanjikan sukses besar bagi penghancuran struktur Taliban. Namun juga di Pakistan situasinya tidak mendukung. Obama harus memecahkan dilema ini, yang dipicu serangan bersenjata melewati perbatasan negara, serta kembalinya kekuatan nasionalistis yang mendukung Taliban.