1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Kunjungi Israel dan Palestina

22 Juli 2008

Selama satu minggu Barack Obama berkunjung ke sejumlah negara di Timur Tengah dan Eropa. Selasa (22/07), ia berada di Yordania.

https://p.dw.com/p/EhbG
Senator Barack Obama berceramah di Amerika Serikat tentang Kebijakan Luar Negeri di depan organisasi pro Israel, AIPACFoto: AP

Strategi yang dijalankan Barack Obama dalam kampanye kepresidenannya, cukup rumit. Ia berkunjung ke sejumlah negara yang berada di tengah konflik, dan di mana Amerika Serikat bermain peran besar. Obama sama sekali tak boleh salah langkah, apalagi jebakan berada di mana-mana.

Ketika masih di Amerika Serikat, pernyataan Obama mengenai Israel hampir saja menjegalnya. Dalam pidato di muka Organisasi Pro Israel, AIPAC, Obama menyatakan bahwa Jerusalem akan selamanya menjadi ibukota Israel dan tak dapat dibagi-bagi. Pihak Arab dan Palestina begitu terkejut mendengar ini, karena mereka juga merasa memiliki hak atas kota tersebut. Di pihak lain di Israel, pernyataan Obama disambut dengan senang. Meskipun hanya sebentar saja, begitu ungkap pakar politik Roni Bart. “Setiap orang Israel gembira, ya hampir semua, karena para ahli juga langsung menyadari bahwa Obama telah salah ucap dan akan harus mengubah pernyataan itu. Dan iapun melakukan itu. Obama kemudian menyatakan, Jerusalem merupakan bagian dari masalah yang harus dirundingkan. Tak banyak arti sambutan tepuk tangan di Israel waktu itu”

Sejak itu pula bagi masyarakat kawasan Timur Tengah, citra Obama pudar. Kini banyak warga Israel yang berharap Senator McCaine menjadi Presiden Amerika Serikat mendatang. Menurut Roni Bart, kunjungan Obama ke Timur Tengah tidak akan mengubah pendapat itu. “Obama bukan berusaha mencari dukungan warga di Israel, yang ia pikirkan adalah suara pemilih pro Israel di Amerika Serikat.“

Agar para pemilih di Amerika Serikat bisa mengikuti sepak terjangnya, seratus jurnalis mengikuti perjalanannya. Artinya, ada sejumlah pembawa acara televisi-televisi terbesar Amerika Serikat yang ikut dalam delegasi itu dan acara puncak perjalanan itu, yakni tur helikopter bersama Menteri Luar Negeri Israel, Tzippi Livni akan disiarkan langsung. Dalam tur udara itu Obama akan mengitari wilayah Israel, Palestina dan kota Sderot, yang bulan lalu menjadi target serangan roket Palestina.

Sementara, Obama tak memantau keadaan di Jalur Gaza yang dikuasai oleh Hamas. Melakukan kunjungan ke Jalur Gaza bisa menimbulkan kekuatiran para pemilih di Amerika Serikat. Sami Abdel Shafi, seorang konsultan perusahaan yang menetap di Gaza, menilai bahwa ke depan tidak akan ada perubahan politik Amerika Serikat. Ia mengatakan: “Bila Barack Obama dipilih, maka warga Palestina berharap bahwa simpatinya terhadap Palestina akan berkurang, meskipun ia tetap menganggap Israel sebagai mitra yang penting. Tapi bila sikap pemerintah Israel tidak berubah, seperti setelah pertemuan di Annapolis itu, lalu Barack Obama kalau jadi presidenpun mau berbuat apa. Tak akan banyak perubahan.”

Memang, pesawat yang ditumpangi Obama dihiasi slogan kampanyenya “perubahan”. Tapi tak banyak perubahan yang bisa ia janjikan dalam perjalanannya ini. Dari Israel, Barack Obama akan menemui Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Perdana Menteri Fayyad di Ramallah, tepi barat Yordania. (ek)