1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Obama Desak Reformasi Perbankan

22 Januari 2010

Sektor keuangan dan perbankan bakal dirombak dan diawasi dengan ketat. Namun setelah kubu Demokrat kehilangan kursi di Senat, Obama bakal sulit melaksanakan agendanya.

https://p.dw.com/p/Leo1
Foto: AP

Harian Italia La Repubblica menyambut usulan Obama dan menulis:

Hanya 24 jam setelah kekalahan pemilu Senat di Massachusetts, Presiden Barack Obama melakukan serangan balik. Ia memang terlalu lama membiarkan kubu populis kanan menguasai panggung. Mereka memanfaatkan situasi dan mengalihkan seluruh tanggung jawab atas krisis ekonomi ke pundak Obama. Dengan serangan frontal terhadap pusat keuangan di Wall Street, sang orator idealis ini tidak hanya menemukan kembali suara para pemilih. Ia juga menemukan kembali musuh politiknya. Ia sekarang tidak boleh melakukan kesalahan lagi.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung melihat rencana Obama sebagai intervensi pasar yang sangat jauh.

Jika rencana Obama dijalankan, ini adalah intervensi besar di sektor keuangan, jauh lebih besar daripada rencana pajak khusus bagi perbankan. Washington misalnya harus mendefinisikan, mana saja cabang bisnis yang dinilai sangat riskan dan tidak boleh lagi dilakukan oleh bank umum. Regulasi semacam itu akan memberi pemerintah kompetensi yang tidak terbayangkan sampai kini. Sedangkan kebijakan lain, yang bertujuan agar bank punya lebih banyak modal sendiri, bukan intervensi yang terlalu jauh.

Harian Inggris Independent menulis:

Publik dan para politisi memang berhak berteriak menentang budaya pembayaran bonus para manajer bank. Mereka berhak mempertanyakan, mengapa sektor perbankan diselamatkan oleh negara, sedangkan sektor ekonomi lain tidak dibantu. Mereka juga berhak marah, karena bank-bank kembali melakukan kegiatan beresiko seperti dulu, dengan mengandalkan jaminan negara, jika bisnis mereka gagal. Tapi kemarahan saja tidak cukup. Yang sekarang diperlukan adalah politisi, yang mampu memecah segelintir bank raksasa yang saat ini menguasai sektor perbankan. Harus ada pemisahan antara bank investasi dan bank yang melayani pelanggan biasa.

Tema lain yang jadi sorotan pers Eropa adalah rencana penutupan pabrik Opel di Antwerpen, Belgia. Perusahaan induknya General Motors memang sudah lama menyatakan akan menutup sebagian pabrik di Eropa. Namun tidak jelas, pabrik mana yang akan ditutup. Sekarang manajer Opel Eropa, Nick Reilly mengumumkan, pabrik di Antwerpen dengan sekitar 2600 pekerja akan ditutup. Harian Belgia De Standaard berkomentar:

Bisa dipahami frustasi dan keluhan para pekerja, tapi kita harus bergerak maju. Para pekerja Opel berhak mendapat bantuan terbaik agar mereka bisa menemukan pekerjaan baru. Hal ini berhasil baik pada restrukturisasi perusahaan Renault dan Volkswagen sebelumnya. Tapi situasi saat ini memang sudah tidak sebaik dulu lagi. Penutupan Opel adalah isyarat, bahwa politik industri sedang mengalami tekanan. Pertanyaan besarnya adalah: bagaimana mempersiapkan diri menghadapi masa depan, tanpa produksi mobil secara massal seperti yang dikenal saat ini. Kita harus memikirkannya dengan serius. Masa-masa jaya sektor otomotif tidak akan kembali lagi.

HP/ZER/dpa