1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialGlobal

Aktivis Lingkungan dan Kemanusiaan Menang Nobel Alternatif

Dharvi Vaid
28 September 2023

Penghargaan Nobel Alternatif 2023 tahun ini jatuh pada mereka yang berupaya menyediakan akses aborsi yang lebih aman di Afrika, perlindungan lingkungan di Kenya dan Kamboja, serta operasi penyelamatan di Mediterania.

https://p.dw.com/p/4WtXG
Aktivis kelompok Mother Nature Cambodia tengah berdemo
Demo kelompok Mother Nature CambodiaFoto: Mother Nature Cambodia

Dua aktivis perempuan dari Afrika dan dua organisasi menerima Penghargaan Right Livelihood Award tahun ini pada hari Kamis (27/09).

Eunice Brookman-Amissah memenangkan penghargaan karena memerangi tabu sosial seputar aborsi di negara-negara Afrika, sementara Phyllis Omido mendapat penghargaan karena menyoroti praktik industri yang tidak aman di Kenya.

Penghargaan juga dipersembahkan kepada Mother Nature Cambodia atas upayanya melestarikan lingkungan dalam menghadapi rezim otoriter dan bisnis yang korup. Sementara itu, organisasi Eropa SOS MEDITERRANEE menerima penghargaan atas upaya penyelamatan nyawa, di tengah krisis kemanusiaan yang semakin parah di Laut Mediterania.

"Para pemenang ini mengambil sikap untuk menyampaikan pendapatnya terhadap komunitas mereka dan mereka yang terkena dampak kebijakan yang merugikan dan korup. Mereka peduli terhadap tanah mereka dan setiap kehidupan manusia yang terkait: Baik itu komunitas adat ataupun orang-orang yang mempertaruhkan hidup mereka untuk memperjuangkan keselamatan, ” tandas Direktur Eksekutif Right Livelihood Ole von Uexkull, dalam sebuah pernyataan.

Didirikan pada tahun 1980, Right Livelihood Award (juga dikenal sebagai hadiah Nobel Alternatif) mengapresiasi dan mendukung orang-orang yang berupaya memecahkan masalah global. Penghargaan ini hadir dengan dukungan jangka panjang untuk menyoroti dan memperluas karya para pemenang.

Dikutip dari situs resmi Right Livelihood Award, tahun 2000, aktivis hak asasi manusia (HAM), almarhum Munir juga pernah menerima penghargaan ini, atas keberanian dan dedikasinya dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan kontrol sipil terhadap militer di Indonesia

Eunice Brookman-Amissah

Eunice Brookman-Amissah adalah dokter dari Ghana yang berperan penting dalam mencegah aborsi yang tidak aman di seluruh Afrika. Pemenang pertama dari Ghana ini memenangkan Right Livelihood Award "karena memelopori diskusi mengenai hak-hak reproduksi perempuan di Afrika, membuka jalan bagi liberalisasi undang-undang aborsi dan meningkatkan akses aborsi yang aman."

Afrika sub-Sahara adalah wilayah paling berisiko di dunia dalam hal akses aborsi. Tercatat insiden 6,2 juta aborsi yang tidak aman terjadi setiap tahunnya di sana, demikian menurut LSM Swedia ini.

Advokasi Brookman-Amissah telah berkontribusi terhadap penurunan 40% angka kematian terkait aborsi di wilayah tersebut sejak tahun 2000, papar Right Livelihood.

Phyllis Omido

Semantara Phyllis Omido – seorang aktivis lingkungan hidup dari Kenya –memenangkan penghargaan  atas "perjuangan inovatifnya” untuk mengamankan hak atas tanah dan lingkungan bagi masyarakat lokal.

Omido, yang sering disebut sebagai "Erin Brockovich dari Afrika Timur," telah memimpin perjuangan untuk keadilan dan komunitas Owino Uhuru yang berjuang melawan keracunan timbal, sejak pabrik peleburan baterai mulai beroperasi di desa mereka. Saat ini, karena aktivismenya, 17 situs beracun telah ditutup di seluruh Kenya.

Untuk menyebarkan kesadaran tentang hak-hak lingkungan di luar Owino Uhuru, Omido telah membentuk jaringan yang terdiri dari 120 pembela tanah adat dan lingkungan (LED) akar rumput di seluruh Kenya, Uganda dan Tanzania, memberdayakan dan juga membimbing pihak-pihak lain untuk melindungi komunitas mereka.

Mother Nature Cambodia

Mother Nature Cambodia (Ibu Pertiwi Kamboja) atau adalah organisasi hak lingkungan hidup yang dipimpin oleh kaum muda yang bekerja dengan komunitas lokal untuk melestarikan alam dan mata pencaharian, bahkan ketika rezim negara tersebut membatasi aktivisme masyarakat sipil.

Upaya yang dilakukan organisasi itu termasuk menghentikan pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air yang dipimpin Tiongkok, yang membahayakan masyarakat adat. Sebelas aktivis inisiatif ini telah dipenjara, sementara pendirinya Alejandro Gonzalez-Davidson dan seorang stafnya telah dipaksa meninggalkan negara tersebut, yang menurut Right Livelihood, merupakan indikasi sikap bermusuhan pemerintah terhadap Mother Nature Cambodia.

Organisasi ini dianugerahi penghargaan atas "aktivismenya yang tak kenal takut dan melibatkan diri” dalam melestarikan lingkungan alam Kamboja "dalam konteks ruang demokrasi yang sangat terbatas.”

SOS MEDITERRANE

Organisasi kemanusiaan maritim Eropa, SOS MEDITERRANEE, menerima penghargaan atas "operasi pencarian dan penyelamatan atas nama kemanusiaan, dengan menyelamatkan jiwa di Laut Mediterania".

Beroperasi di jalur migrasi paling mematikan di dunia, organisasi ini telah melakukan operasi pencarian dan penyelamatan manusia, menyelamatkan lebih dari 38.500 orang sejak mulai beroperasi pada tahun 2016, paparRight Livelihood.

"Komitmen yang tak tergoyahkan” dari SOS MEDITERRANEE terhadap kemanusiaan tidak hanya menyelamatkan nyawa,namun juga membuat masyarakat, lembaga-lembaga Eropa dan pemerintah nasional terus sadar akan realitas krisis kemanusiaan yang semakin meningkat di Laut Mediterania, demikian pungkas yayasan tersebut.

 

*Tambahan informasi dari situs Right LIvehood Award