1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Neraca KTT Uni Eropa-AS

23 Juni 2006

Setelah pertemuan puncak AS-Uni Eropa yang digelar di Wina, harian-harian Eropa menarik neraca yang beragam.

https://p.dw.com/p/CPJv
Bush dalam konferensi pers.
Bush dalam konferensi pers.Foto: AP

Yang terutama disoroti adalah peranan Presiden AS George W.Bush, yang ibaratnya semacam jaminan hipotek. Selain itu, pendekatan yang tercapai antara AS dan Uni Eropa, juga menjadi tema bahasan.

Menanggapi neraca pertemuan puncak di Wina itu, harian Swiss Tages-Anzeiger yang terbit di Zürich berkomentar: Nama Bush tetap menjadi jaminan.

"Ironisnya para Mullah di Teheran menolong merekatkan kembali hubungan trans-Atlantik yang sebelumnya retak. Presiden Bush mendukung prakarsa Eropa dalam upaya pemecahan diplomatik dari konflik atom Iran. Setelah tercipta jurang pemisah cukup dalam, gara-gara petualangan Amerika di Irak, kini pragmatisme menjadi acuan dari kemitraan tersebut, tanpa menutupi masalah yang ada. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri, George W. Bush adalah presiden AS yang paling tidak disukai di Eropa, dan hal ini tetap menghambat normalisasi hubungan trans-Atlantik."

Sementara harian Italia Il Messaggero yang terbit di Roma menulis:

"Eropa dan AS ternyata lebih dekat dari yang diperkirakan. Juga bayangan kelam dari Guantanamo tidak dapat menutupi keterbukaan baru antara AS dan Eropa. Memang keberadaan kamp tahanan Guantanamo menjadi tema pembahasan, tapi ternyata tidak menjadi pemicu perpecahan. Di akhir pertemuan puncak di Wina terlihat, terlepas dari masalah panas yang masih ada, kemitraan Eropa dan Amerika ternyata lebih akrab, ketimbang yang diperkirakan semula."

Sedangkan harian Austria Kurier yang terbit di Wina berkomentar: Dalam konser bersama Amerika Serikat, Uni Eropa menjadi kelompok paduan suara yang tidak selaras.

"Setelah sengketa perang Irak, Amerika Serikat yang ibaratnya dunia baru, seolah menemukan kembali Eropa yang kolot. Lebih dari itu, negara adi daya tersebut mengikuti gagasan politik Eropa, yang ditunjukannya dalam kompromi sengketa atom Iran. Kini politik monolog AS sudah berubah menjadi dialog. Atmosfir hubungan trans-Atlantik mencapai kualitas baru. Tapi tidak lebih dari itu. Penyebabnya, suara Eropa tidak bulat tapi amat beragam dan terpecah-pecah."

Dan harian Jerman Braunschweiger Zeitung yang terbit di Braunschweig menulis:

"Dalam pertemuan puncak di Wina, Eropa menunjukan kekuatannya. Perang Salib yang dilancarkan oleh George W. Bush mengalami kegagalan. Karena perang itu tidak hanya dilancarkan terhadap apa yang disebutnya negara-negara poros kejahatan, tapi juga terhadap sejumlah mitranya di Eropa. Menteri Luar Negeri Condoleezza Rice kelihatannya berhasil meyakinkan Bush, bahwa diplomasi amat diperlukan, jika Amerika Serikat berniat memecahkan masalah yang dihadapinya. Eropa tidak punya waktu untuk bergembira melihat kemalangan yang diderita AS. Pokoknya, Bush menemukan kembali benua lama yang dinilai kolot. Dan kunjungannya ke Wina memiliki arti penting, untuk menyadarkannya bahwa Eropa memiliki budaya yang beragam."