1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Negosiasi Damai Suriah Dihentikan

4 Februari 2016

Perundingan damai Suriah di Jenewa dihentikan untuk sementara. Delegasi oposisi menuding rezim Assad tidak berniat mewujudkan perdamaian. Sementara perundingan terhenti, pertempuran terus berkecamuk

https://p.dw.com/p/1HpaV
Genf Syrien Konferenz Friedensgespräche
Foto: picture-alliance/dpa/S. di Nolfi

Jalan menuju perdamaian Suriah berliku dan terjal. Baru pada November silam, negosiasi damai perang Suriah digelar, kini "ditunda untuk sementara" hingga 25 Februari mendatang, tutur Utusan Khusus PBB Staffan de Mistura.

Mistura menepis asumsi bahwa jeda tersebut berarti kegagalan perundingan. "Ini bukan akhir dari segalanya dan bukan pula kegagalan negosiasi," tukasnya. "Kedua pihak berkeinginan melanjutkan proses perundingan."

Oposisi mangkir

Terutama pihak oposisi yang disokong Arab Saudi berulangkali mangkir dari meja perundingan. Mereka mendesakkan syarat agar pemerintah Suriah harus terlebih dulu menghentikan aksi pemboman, mengizinkan penyaluran bantuan ke wilayah pemberontak dan membebaskan ribuan tawanan perang.

Karte Konfliktparteien Syrien Englisch
Peta perang saudara di SuriahFoto: DW

"Delegasi oposisi tidak akan kembali ke Jenewa sampai kita melihat adanya langkah positif dari pemerintah Assad dalam isu-isu kemanusiaan," tegas Riad Hajib, ketua juru runding oposisi. "Kami datang ke Jenewa untuk membuktikan bahwa rezim Suriah tidak tertarik pada solusi politik," imbuhnya lagi.

Tudingan tersebut dimentahkan oleh delegasi pemerintah Suriah. Bashar Ja'fari, ketua juru runding pemerintah mengklaim pihak oposisi "mendapat perintah dari majikannya untuk menggagalkan perundingan."

"Memang ada kegagalan. Kegagalan itu milik semua kecuali pemerintah Suriah," ujar Ja'fari. "Yang bertanggungjawab adalah Arab Saudi, Turki dan Qatar. Mereka lah majikan sebenarnya delegasi bentukan Riyadh."

Baku tembak berlanjut

Pada saat pembicaran di Jenewa dihentikan, pertempuran dilaporkan terus berlanjut. Rabu (3/2) pasukan pemerintah yang didukung angkatan udara Rusia merebut dua desa yang dikuasai pemberontak di utara Suriah.

Kedua desa yang berada dalam cengkraman oposisi selama tiga tahun terakhir itu bernilai simbolik karena berada di jantung kekuasaan pemberontak dan menghubungkan kota Aleppo dan perbatasan Turki.

Operasi militer pemerintah Suriah itu sontak dikecam oleh Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius. Menurutnya rezim Assad dan para pendukungnya "tidak bersedia berkontribusi dalam mewujudkan perdamaian dan sengaja menggagalkan proses perundingan."

rzn/as (ap,afp)