1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

280809 BRIC Staaten

28 Agustus 2009

Percaya diri, tapi belum setara. Bisakah Brasil, Rusia, India dan Cina, disingkat BRIC, menjadi kekuatan ekonomi dunia yang baru? Akhir pekan ini digelar Forum Ekonomi Brasil-Jerman.

https://p.dw.com/p/JK08
Pemimpin BRIC di Yekaterinburg Juni 2009, dari kiri ke kanan, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, Presiden Rusia Dmitry Medvedev, Presiden China Hu Jintao and Perdana Menteri India Manmohan SinghFoto: AP

Keempat negara BRIC percaya diri. Ketika pertengahan Juni, para kepala negara Rusia, Cina, Brasil dan India bertemu dalam konferensi di Yekaterinburg, Presiden Rusia Medvedev menyebut kota ditengah kawasan Ural itu sebagai “Pusat Politik Dunia”. Dalam KTT ekonomi di London, keempat negara ini juga angkat suara saat membicarakan penyelamatan dunia. Ini pertanda jelas, bahwa ke-empat negara BRIC merupakan bagian penting dari ekonomi dunia. Tak aneh, secara global omset keempat negara ini mencapai 15% dari seluruh ekonomi dunia, 13% melalui perdagangan global. Mereka memiliki hampir 3 trilyun dolar AS atau 40% dari seluruh cadangan devisa di dunia.

Pakar ekonomi dari Deutsche Bank, Norbert Walter percaya bahwa negara-negara industri baru ini berpotensi menggeser kekuatan negara-negara mapan dalam ekonomi dunia. Tuturnya, "Jelas sekali, Dalam lima atau tujuh tahun ke depan proses ini cenderung menguat dan bukan melemah. Pengaruh negara-negara ini dalam perdagangan dan keputusan-keputusan investasi di dunia akan bertambah besar. Sedangkan Amerika dan Eropa akan sibuk menghadapi korektur yang seharusnya sudah lama dilakukan. Jadi masih harus harus memperbaiki struktur yang ada, mengatasi utang negara yang terlalu besar, dan sebagainya, dalam masa itu pertumbuhan negara-negara ambang industri akan terus meningkat.“

Perkembangan ini sudah dapat dilihat di pasar bursa. Setelah menghadapi tahun 2008 yang buruk, nilai saham di pasar bursa Sao Paulo, Moskow, Mumbai dan Shanghai kembali melejit tinggi. Istilah BRIC dimunculkan oleh lembaga investasi bank Goldman Sachs di tahun 2001, guna menyebutkan k- 4 negara yang sampai tahun 2050 diperkirakan akan menjadi kekuatan baru ekonomi dunia, yang menyisihkan negara-negara industri maju, G-7. Ekonom Goldman Sachs bahkan mengubah prediksinya, dan mengatakan hal itu sudah akan terjadi dalam 20 tahun mendatang.

Namun Norbert Walter dari Deutsche Bank meragukan prediksi itu. Menurut dia, hanya India dan Cina yang mampu berperan sebagai lokomotif ekonomi dunia. Meski kedua negara ini terimbas oleh krisis ekonomi global, keduanya menunjukan dinamisme pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Sedangkan Rusia, dalam kwartal lalu mengalami penciutan ekonomi yang mencapai 11% dibanding dengan tahun sebelumnya. Menilik Brasil, Walter lebih pesimis lagi. Meskipun Brasil hampir tidak terimbas oleh krisis keuangan global itu, menurut Walter seluruhnya tertumpu pada konsumsi tinggi pasar dalam negeri. Norbert Walter mengatakan, "Pertumbuhan ekonomi Brasil bisa sekuat di Cina dan India. Tapi entah kenapa, Brasil sampai kini tidak menyediakan infrastruktur untuk itu. Sistim feodal tuan tanah belum diubah dan juga tidak terlihat menempatkan infrastuktur baru. Hal inilah yang menyebabkan Brasil hanya mampu menggunakan duapertiga dari potensi yang dimilikinya. Tak ada perubahan sistim.“

Meski begitu, krisis ekonomi global telah membuka peluang besar bagi negara-negara BRIC untuk lebih cepat mengembangkan ekonominya, mengejar posisi negara-negara industri maju.

Henrik Böhme/Edith Koesoemawiria
Editor: Hendra Pasuhuk

Audio in DaletWeb: