1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO, Jaminan Keamanan Bagi Kawasan Balkan?

6 Maret 2008

Walaupun saat ini menghadapi ujian berat di Afghanistan, NATO berniat menambah anggotanya, juga dari kawasan Balkan. Tetapi dalam pertemuan para menlu NATO Kamis (06/03) di Brussel belum dapat diambil keputusan.

https://p.dw.com/p/DJw7
Menlu Jerman Frank Walter Steinmeier di Brussel.Foto: AP

Seperti diperkirakan sebelumnya, para menlu NATO belum dapat memastikan, negara-negara mana yang dapat menjadi anggota baru mulai tahun depan. Di segi politik dan militer, negara-negara Balkan, yaitu Kroasia, Albania dan Makedonia memang sudah cukup matang untuk menjadi anggota. Tetapi antara Yunani sebagai salah satu negara NATO dan Makedonia terdapat sengketa soal nama resmi negara itu. Menlu Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan: "Saya berharap, ketiga negara itu dapat diterima. Kalau tidak ada kesepakatan mengenai nama yang dipersengketakan, masalahnya akan selesai dengan sendirinya. Karena tidak terdapat suara bulat, dan suara Yunani diperlukan untuk itu, maka keputusan tidak dapat diambil."


Yunani menghendaki agar nama Makedonia diubah, sebab itu sama dengan nama sebuah provinsinya sendiri. Keberatan terkait sejarah dan silang pendapat yang sulit dipahami menyangkut simbol-simbol nasional dilontarkan oleh Athena. Sengketa ini harus tuntas sebelum KTT NATO awal April mendatang, kalau tidak Makedonia tidak dapat diajak untuk menjadi anggota. Tetapi Sekjen NATO Jaap de Hoop Scheffer optimis bahwa selain Kroasia, Albania dan Makedonia, negara-negara Balkan lainnya, yaitu Bosnia-Herzegowina, Montenegro dan Serbia akan dapat pula menjadi anggota. Menurut Jaap de Hoop Scheffer: "Integrasi wilayah Balkan  itu pada kawasan Euro-Atlantik merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai perdamaian dan stabilitas."


Seperti halnya para menlu negara-negara Eropa Timur, menlu AS Condoleezza Rice juga menghendaki agar dalam KTT NATO di Bukarest, kepada Ukraina dan Georgia dapat diajukan rencana yang mempersiapkan kemungkinan menjadi anggota. Walaupun terdapat kritik tajam dari Rusia terhadap pendekatan negara-negara bekas republik Soviet itu ke barat, namun pintu NATO tetap terbuka. Menurut Condoleezza Rice: "Dalam hal ini tidak ada veto bagi negara mana pun, apakah sebuah negara mampu untuk bergabung dalam NATO. Ini adalah keputusan anggota NATO sendiri. Kita akan terus mendiskusikannya, tetapi keputusan baru akan diambil di Bukarest."


Banyak anggota NATO lainnya termasuk Jerman menilai Ukraina dan Georgia belum cukup stabil untuk menjadi anggota, dan Menlu Frank-Walter Steinmeier juga tidak menutupi keraguannya.


Para diplomat NATO yakin, bahwa kepada Georgia dan Ukraina hanya akan ditawarkan langkah sementara berikutnya, agar aliansi NATO tidak terpecah. Menlu AS mengulangi kritik terhadap Jerman dan negara-negara NATO lainnya yang tidak menyediakan pasukan tempur bagi wilayah selatan Afghanistan. Dikatakannya, perhatian tidak hanya dapat dipusatkan pada pembangunan kembali, sebab Taliban harus ditaklukkan, dan ia menghendaki partisipasi yang lebih besar. Sedangkan pemerintah Jerman hanya bersedia menugaskan pasukan di wilayah utara yang lebih tenang. Dalam KTT di Bukarest, yang juga akan dihadiri oleh presiden Afghanistan Hamid Karzai, akan diambil keputusan mengenai strategi politik militer bagi Afghanistan. (dgl)