1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

NATO Harus Kembangkan Strategi Baru

4 Agustus 2009

NATO harus memikirkan sebuah konsep strategi baru. Aliansi pertahanan Atlantik Utara itu kini menghadapi tantangan yang sama sekali berbeda.

https://p.dw.com/p/J3RR


Dimulainya masa jabatan sekretaris jenderal baru NATO, Anders Fogh Rasmussen menjadi topik komentar sejumlah harian internasional.

Harian liberal Austria Der Standard yang terbit di Wina dalam tajuknya berkomentar : Konsep strategi yang saat ini diberlakukan NATO berasal dari era sebelum serangan 11 September 2001. Upaya untuk menghidupkan kembali perang dingin oleh pihak Rusia atau juga oleh pihak AS di bawah presiden George W.Bush menunjukan, aliansi pertahanan barat itu dalam bentuknya seperti sekarang ini, tidak layak lagi untuk mencegah krisis apalagi untuk mengatasi krisis. Kelompok garis keras dari presiden Bush, dengan rencananya menerima secara cepat Georgia menjadi anggota NATO, hendak memberikan pelajaran kepada PM Rusia Vladmir Putin yang dituding menjalankan politik imperialisme baru. Hasilnya, justru pelajaran bagi NATO. Sekarang Rasmussen berusaha menjalin kemitraan strategis dengan Rusia. Hal itu akan sukses jika NATO semakin kuat, baik dalam struktur internalnya maupun dalam tampilannya ke luar yang lebih menekankan komponen sipil.

Harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung yang terbit di Frankfurt am Main berkomentar : Tidak berlebihan, jika sekjen baru NATO Rasmussen di hari pertama jabatannya diingatkan, bahwa aliansi pertahanan tsb merupakan jaminan keamanan bagi satu milyar manusia. Dalam tema keamanan, aliansi ini tetap mutlak diperlukan. Walaupun kita tidak dapat berbohong, bahwa para anggotanya seringkali tidak sependapat menyangkut tugas, tindakan dan dalam penilaian ancaman bahaya. Karena itu sangatlah jelas, paling tidak di saat ini intervensi adalah tugas utamanya. NATO sekarang ini terutama amat bergiat dan sangat menonjol di Afghanistan. Rasmussen tidak bosan-bosannya hendak menegaskan tema itu kepada anggota NATO. Alasannya, jika misi Afghanistan gagal hal itu merupakan bencana.

Juga harian Jerman lainnya Neue Osnabrücker Zeitung yang terbit di Osnabrück menulis komentar senada : Sekjen baru NATO Rasmussen menetapkan Afghanistan sebagai prioritas. Analisisnya, bahwa anggota aliansi harus lebih bergiat baik secara militer maupun sipil di Afghanistan, memang tidak dapat dibantah. Tapi ia juga mengetahui, kecuali AS hampir semua anggota NATO saat ini mencari jalan darurat, bagi penarikan pasukannya dari Afghanistan. Jerman sejak awal menjauh dari titik api konflik. Sementara Kanada dan Belanda hanya ingin segera keluar dari jalur tembakan, karena mereka sudah cukup lama merasa sendirian berada di sana. Sekarang trend untuk hengkang dari Afghanistan juga melanda pasukan Inggris. Hal itu dapat dimengerti, mengingat kecilnya sukses yang dicapai dan banyaknya serdadu yang tewas. Semakin banyak warga di negara anggota NATO yang tidak percaya lagi misi di Afghanistan akan sukses. Inilah trend terbaru, dimana Rasmussen juga tidak bisa menghindarinya.

Terakhir harian Perancis Le Figaro yang terbit di Paris mengomentari pendekatan Georgia kepada NATO : Perang Georgia dengan Rusia setahun lalu, terutama dipicu rencana AS untuk secepatnya menerima Georgia sebagai anggota NATO. Pemerintahan AS di bawah presiden Barack Obama juga tidak mengubah sikapnya secara mendasar, dan tetap menjamin bahwa setiap negara memiliki hak untuk memilih aliansinya. Tapi sikap Jerman dan Perancis dalam KTT NATO di Bukarest tahun 2008 lalu, yang memaksa presiden George W. Bush menyerah, kini diakui oleh Gedung Putih. Disebutkan, keanggotaan Georgia dalam NATO akan memprovokasi Kremlin.

AS/dpa/afpd

Editor : Maryori Linardy