1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Myanmar Peringati 20 Tahun Perlawanan Rakyat

8 Agustus 2008

Rezim militer meningkatkan penjagaan keamanan di Yangon. Pagoda Zule yang terrletak di tengah kota dan persimpangan penting dijaga ketat oleh kendaraan militer yang dilengkapi dengan semprotan air dan gas air mata.

https://p.dw.com/p/Et3l
Demonstrasi di depan Kedubes Myanmar di Manila PhilipinaFoto: AP

Hari Jumat (08/08), kelompok oposisi mengenang penumpasan berdarah terhadap gerakan protes yang mereka gelar 20 tahun lalu. Ketika itu, ratusan ribu warga Myanmar melakukan aksi protes menentang pemerintahan junta militer. Namun, tepat pada tanggal 8 Agustus 1988 gerakan tersebut ditumpas brutal. Lebih dari 3.000 orang, diantaranya sejumlah mahasiswa, tewas dibunuh oleh tentara.

Pemilu dua tahun lalu berhasil dimenangkan partai oposisi liga nasional untuk demokrasi atau NLD, namun pemerintah Myanmar tidak mengakui hasil pemilu dan tetap memegang kekuasaan. Pemimpin kelompok oposisi sekaligus pemenang penghargaan perdamaian Nobel Aung San Suu Kyi saat itu sudah menjadi tahanan rumah.

Beberapa pekan lalu, gerakan oposisi terbesar di Myanmar, yang bisa disebut generasi mahasiswa 88, telah memulai dengan aksi protesnya. Cat warna merah yang dioleskan oleh warga Myanmar di tembok-tembok rumah merupakan bentuk peringatan terhadap pertumpahan berdarah yang terjadi 20 tahun silam. Namun, nampaknya hari Jumat ini (08/08) tidak akan ada demonstrasi besar. Karena kelompok oposisi berhasil dilemahkan oleh militer Myanmar sejak penumpasan para demonstran tahun 2007. Sejumlah pemimpin demonstrasi, kebanyakan biksu Buddha, ditahan, menghilang atau melarikan diri ke luar negeri.

Lebih dari 2.000 orang dipenjara di Myanmar karena alasan politik. Dalam rangka memperingati hari perlawanan rakyat Myanmar 1988 organisasi hak asasi manusia Amnesty International menyerukan pada pemerintah Myanmar untuk membebaskan semua tahanan politik. Hal yang sama juga dituntut oleh presiden Amerika Serikat George W. Bush dalam pidatonya di ibukota Thailand, Bangkok.

"Amerika Serikat kembali menuntut junta militer untuk membebaskan Aung San Suu Kyi, demikian juga tahanan politik lainnya. Kami tidak akan berdiam saja, sampai rakyat Myanmar memperoleh perdamaian, yang memang sepantasnya mereka dapatkan."

Hari Kamis (07/08), pelawak terkenal Myanmar Zarganar, ditahan di penjara Insein. Sebuah penjara yang dikenal paling kejam di Myanmar. Ia diseret ke pengadilan karena melanggar larangan berkumpul dan berhubungan dengan organisasi yang dilarang.

Bulan Mei lalu Zarganar melancarkan sebuah aksi bantuan untuk korban bencana di delta Irrawaddy dan menggerakkan ratusan sukarelawan. Berdasarkan laporan harian Irrawady-News, yang diterbitkan warga Myanmar yang hidup di pengasingan, uang sumbangan sebanyak seribu Dollar Amerika Serikat disita saat Zarganar ditangkap. Dengan alasan, warga di Myanmar dilarang mempunyai devisa dalam jumlah yang banyak. Begitu juga komputer dan sejumlah DVD Zarganar disita. Diantaranya film "Rambo IV", karena di film ini Sylvester Stallone berperang melawan tentara Myanmar.

Beberapa saat yang lalu, utusan khusus Perserikatan Bangsa Bangsa untuk urusan hak asasi manusia yang baru, Tomas Ojea Quintana, berkunjung ke Myanmar. Quintana bertemu dengan sejumlah menteri dan perwira tinggi pemerintah Myanmar, juga dengan perwakilan organisasi kemanusiaan internasional, kelompok oposisi dan generasi mahasiswa 88. Quintana berencana untuk mempublikasikan laporannya tentang situasi hak asasi di Myanmar dalam sidang PBB yang akan datang. (an)