1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

MUI: Jangan Anarkis Sikapi Film Fitna

Zaki Amrullah31 Maret 2008

Film Fitna buatan politikus partai ultra kanan Belanda, Geert Wilders, terus mendapat kecaman dari berbagai kalangan. Sejumlah kelompok Islam di Indonesia Senin siang (31/03) menggelar unjuk rasa.

https://p.dw.com/p/DXu6
Geert Wilders juga Dikecam Pemerintah Belanda
Geert Wilders juga Dikecam Pemerintah BelandaFoto: AP

"Agama kita diselewengkan, dihinakan apa yang pantas untuk Wilders? Bunuh, bunuh. Jadi cuma ada dua pilihan, minta maaf Wildersnya, bukan Dubes, Perdana Menteri tapi Wildersnya minta maaf atau dia dibunuh.” Ancaman ini dinyatakan sejumlah kelompok Islam garis keras, dalam unjuk rasa yang diwarnai pelemparan telur busuk di Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Seratusan Laskar Front Pembela Islam ini juga mengancam akan menggelar sweeping terhadap warga Belanda di Indonesia, jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.

"Kalau andaikata negara atau orang orang Belanda ini tidak mau meminta maaf kemudian masih berkeras, maka hal-hal demikian akan terjadi dan itu bagian daripada gambaran kemarahan umat Islam. Tapi itu kekerasan? Ya kekerasan, tapi kekerasan ini merupakan reaksi daripada aksi yang ada sebelumnya. Umat islam tidak pernah menggangu sebelumnya tapi kalau umat Islam diganggu-ganggu maka ini akan terjadi."

Tetapi, tak banyak yang mendukung penyelesaian dengan kekerasan itu. Majelis Ulama Indonesia sendiri memandang reaksi itu terlalu berlebihan. Ketua MUI Makruf Amin: "Walaupun kita marah terhadap apa yang dilkukan oleh Wilders ini, tapi kita tetap meminta umat Islam menyikapinya dengan sopan santun dan tidak boleh melakukan tindak anarkis."

Sejauh ini, MUI hanya menyerukan untuk memboikot seluruh produk dari negeri kincir angin itu sebagai bentuk protes. Menurut Ketua MUI, Makruf Amin, langkah ini perlu dilakukan untuk mendesak pemerintah Belanda bersikap tegas dengan melarang peredaran film itu.

Pemerintah, parlemen dan sejumlah kalangan di Belanda sejak semula telah mengecam pembuatan film yang penuh dengan provokasi ini. Tetapi sistem politik Belanda yang memisahkan agama dan negara serta menjunjung kebebasan individu ini, membuat pelarangan film itu sulit dilakukan. Sikap ini telah disampaikan jauh hari kepada para tokoh umat Islam dan pemerintah Indonesia menyusul protes mereka. Di Belanda, saat ini setidaknya terdapat sekitar 850.000 umat Islam atau kira-kira 5 persen dari jumlah penduduk Belanda. (ap)