1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikAfrika

Militer Guinea Lakukan Kudeta, Tangkap Presiden Alpha Conde

6 September 2021

Pasukan khusus militer Guinea telah menahan Presiden Alpha Conde dan mengumumkan di televisi bahwa pemerintah telah dibubarkan dalam sebuah kudeta. Mereka juga mengumumkan pemberlakuan jam malam nasional.

https://p.dw.com/p/3zxCy
Militer Guinea merayakan pengambilalihan kekuasaan (05/09)
Tentara Guinea merayakan kudeta yang terjadi di negara tersebut (05/09)Foto: Cellou Binani/AFP/Getty Images

Lewat pasukan khususnya, militer Guinea melakukan kudeta terhadap pemerintah pada Minggu (05/09) waktu setempat.

"Kami telah memutuskan, setelah menangkap presiden, untuk membubarkan konstitusi," kata kepala pasukan khusus militer Guinea, Letnan Kolonel Mamady Doumbouya, yang diapit oleh delapan tentara yang membawa senapan serbu, dalam sebuah video yang dikirim ke kantor berita AFP.

Doumbouya juga mengatakan bahwa perbatasan darat dan udara Guinea telah ditutup.

Sumber dari istana mengatakan kepada DW bahwa Presiden Alpha Conde telah ditahan oleh pasukan khusus tersebut. Dalam video lain yang diterima oleh AFP, terlihat Conde tampak kusut duduk di sebuah sofa yang dikelilingi oleh sejumlah tentara. Dia menolak memberikan jawaban saat ditanya soal kondisinya yang teraniaya atau tidak.

Sebelumnya, dilaporkan bahwa terdengar suara tembakan di sekitar wilayah istana kepresidenan di distrik Kaloum di ibu kota Conakry. Distrik Kaloum sendiri juga merupakan lokasi bagi kementerian dan lembaga negara lainnya.

Presiden Guinea Alpha Conde tampak duduk di sebuah sofa saat ditangkap oleh pasukan khusus militer (05/09)
Presiden Guinea Alpha Conde tampak duduk di sebuah sofa saat ditangkap oleh pasukan khusus militer (05/09)Foto: AFP

Kemiskinan dan korupsi

Kemudian Doumbouya pun muncul di televisi publik, mengatakan bahwa "kemiskinan dan korupsi endemik" di negara itu jadi alasan pasukannya menurunkan Conde dari posisinya.

"Kami telah membubarkan pemerintah dan institusi," kata Doumbouya yang memulai karier militernya dengan bergabung bersama Legiun Prancis.

"Kami akan menulis ulang konstitusi bersama-sama," lanjutnya seraya mengatakan bahwa pemerintahan transisi akan segera dibentuk. "Personalisasi kehidupan politik sudah berakhir. Kami tidak akan lagi mempercayakan politik kepada satu orang. Kami akan mempercayakannya kepada rakyat."

Terapkan jam malam

Pasukan khusus juga mengumumkan pemberlakuan jam malam nasional "hingga pemberitahuan lebih lanjut." Mereka juga mengumumkan penggantian gubernur oleh pejabat dari militer.

Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa militer akan mengumpulkan menteri kabinet Conde dan pejabat tinggi lainnya pada hari Senin (06/09) pagi ini waktu setempat di Conakry.

Apa tanggapan rakyat Guinea?

Dalam sejumlah video yang beredar dari Conakry menunjukkan sekelompok orang merayakan di jalan-jalan menyusul laporan penggulingan Alpha Conde.

Kepada DW, seorang perempuan mengatakan bahwa dia sangat senang dengan pengambilalihan tersebut karena situasi yang suram di negara tersebut. "Orang-orang sangat menderita. Tidak ada air, tidak ada listrik, bahkan tidak ada jalan! Tidak ada jalan di Guinea, itu konyol! Kami semua bosan dengan itu."

Namun, warga lain mengatakan kepada koresponden DW, Bangaly Conde, bahwa mereka "kecewa" oleh militer yang membiarkan presiden ditangkap oleh satu unit pasukan khusus.

"Sepertinya kita bahkan tidak punya tentara!" kata seorang pria kepada DW.

Ibrahim Kane, seorang ilmuwan politik di Open Society Foundation, mengatakan Guinea "telah berada di mata badai" selama dua tahun. Kepada DW, dia mengatakan bahwa sejak pemilihan tahun lalu, negara itu telah menghadapi "kekacauan tanpa akhir."

"Guinea berada dalam krisis permanen. Jelas bahwa suatu hari seseorang akan mencoba menertibkan situasi," katanya.

Bagaimana reaksi internasional?

Atas kudeta ini, PBB menyerukan pembebasan segera Conde dan mengkritik "pengambilalihan" secara paksa di Guinea. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melalui cuitannya mengutuk kudeta yang terjadi dan mengatakan bahwa dia "secara pribadi mengikuti situasi di Guinea dengan sangat cermat."

Senada dengan Guterres, Ketua Serikat Afrika, Presiden Republik Demokratis Kongo Felix Tshisekedi, beserta Kepada Badan Eksekutif Serikat Afrika, mantan Perdana Menteri Chad Moussa Faki Mahamat juga mengutuk kudeta yang terjadi.

Sementara Komunitas Ekonomi Negara Afrika Bagian Barat yang lebih dikenal dengan nama ECOWAS juga mengutuk kudeta, di mana presiden ECOWAS, pemimpin Ghana Nana Akufo-Addo mengancam akan menjatuhkan sanksi jika tatanan konstitusional tidak dipulihkan.

Alpha Conde menjabat sebagai Presiden Guinea pada tahun 2010 setelah pemilihan demokratis pertama di negara itu. Pria berusia 83 tahun itu memenangkan masa jabatan kali ketiganya pada tahun lalu dalam pemilihan presiden 2020. Kemenangannya diraih setelah dia menabrak perubahan konstitusi yang memungkinkannya untuk menghindari batas negara dari dua masa jabatan presiden.

Pihak oposisi mengklaim pemilihan tahun lalu curang, di mana puluhan orang kemudian tewas dalam protes anti-pemerintah.

rap/ha (AFP, AP, Reuters)