1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel Tegaskan Posisi Jerman Terhadap Hamas

30 Januari 2006

Kanselir Angela Merkel adalah pimpinan negara asing pertama yang akan bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas setelah pemilu parlemen dimenangkan kelompok Hamas.

https://p.dw.com/p/CJek
Angela Merkel dan Presiden Israel Moshe Katzav
Angela Merkel dan Presiden Israel Moshe KatzavFoto: picture-alliance/ dpa/dpaweb

Kanselir Jerman Angela Merkel akan bertemu dengan Mahmoud Abbas sore ini waktu setempat. Senin pagi, Merkel melakukan pembicaraan dengan Presiden Israel Moshe Katzav. Dalam pertemuan tersebut Merkel menerangkan, pimpinan Palestina Mahmoud Abbas kini punya tanggung jawab sangat besar. Abbas harus mendorong Hamas agar mau mengakui negara Israel dan menerima semua perjanjian yang sudah disepakati Israel dan Palestina.

Dalam pembicaraan dengan Presiden Katsav, kanselir Angela Merkel kembali menegaskan posisi Jerman mengenai kelompok Hamas. Hal itu sudah dijelaskan Merkel dalam pertemuan dengan pejabat Perdana Menteri Ehud Olmert Minggu kemarin. Merkel menyatakan, Hamas harus memenuhi 3 syarat untuk mendapat bantuan Jerman. Pertama, mengakui hak eksistensi Israel. Kedua, menghentikan segala bentuk kekerasan dalam menjalankan politiknya, ketiga menerima kesepakatan yang sudah dicapai Israel dan Palestina.

Angela Merkel: „Ini adalah posisi Jerman. Posisi ini juga yang akan kami bawa ke Uni Eropa. Saya yakin, banyak yang sepakat dengan kami. Sinyal ini, posisi Jerman dan negara-negara Eropa lain harus dimengerti secara tegas.“

Merkel menambahkan, sekarang harus ditunggu bagaimana sikap Hamas. Yang jelas, Jerman dan hendaknya juga Uni Eropa tidak bisa memberi bantuan dana kepada pemerintahan Palestina yang radikal.

Angela Merkel: „Harus ditegaskan, pemerintahan otonomi semacam itu tidak bisa mendapat kucuran secara langsung dari Jerman dan Uni Eropa. Jadi kita tunggu saja reaksinya. Masih ada waktu untuk mengamati apa yang akan terjadi. Yang penting, Hamas harus mengerti, kita punya prinsip-prinsip yang jelas.“

Pimpinan senior Hamas di Jalur Gaza, Ismail Haniya, Senin ini mengimbau kuartet Timur Tengah, yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Rusia, agar melakukan konsultasi dengan kelompoknya mengenai bantuan dana untuk Palestina. Kepada wartawan ia menerangkan, kuartet Timur Tengah hendaknya tetap memberi dukungan moral dan finansial secara langsung kepada otoritas Palestina. Ia menambahkan, pembicaraan harus dilakukan tanpa prasyarat dan dengan semangat netralitas.

Uni Eropa sudah mengeluarkan peringatan keras terhadap kelompok Hamas. Dalam pertemuan menteri luar negeri hari ini di Brüssel disebutkan, Hamas harus mengubah diri secara fundamental jika ingin mendapat bantuan Uni Eropa. Pejabat Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Javier Solana menerangkan, Hamas harus mengakui keberadaan Israel. Proses perdamaian yang sedang dibicarakan berlandaskan dengan model 2 negara. Solana menambahkan, Uni Eropa ingin mendukung Presiden Mahmud Abbas dalam melanjutkan proses perdamaian.

Dalam pertemuan dengan pimpinan Palestina Mahmoud Abbas hari ini, Merkel akan menegaskan lagi posisi Jerman sehubungan dengan perkembangan politik di Palestina. Kunjungan kanselir Jerman Angela Merkel diikuti dengan penuh perhatian di Israel. Selain melakukan pertemuan dengan para pejabat penting, ia juga mengunjungi pusat peringatan pembantaian Yahudi, Holocaust, di Yad Vashem. Ia menyatakan, hubungan Jerman dan Israel adalah hubungan khusus, yang dibangun dengan ingatan terhadap peristiwa Holocaust.

Hari minggu kemarin dalam pertemuan dengan pejabat Perdana Menteri Ehud Olmert dibahas pula soal sengketa program nuklir Iran. Merkel menyatakan program nuklir Iran bisa menjadi ancaman bagi masyarakat internasional. Ia juga mengecam keras pernyataan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad yang menyebut peristiwa Holocaust sebagai dongeng.