1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel - Sarkozy Sepakati Kerjasama Untuk Perdamaian Gaza

9 Januari 2009

Kapitalisme Baru dan kerjasama politik menjadi dua kata kunci pertemuan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy di Paris.

https://p.dw.com/p/GUpf
Canda ringan hangatkan jumpa pers pada pertemuan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Perancis Nicolas Sarkozy di Istana Elysee Paris, 8 Januari 2009.Foto: AP

Krisis keuangan global yang berlangsung sesudah Bank Amerika Serikat Lehman Brothers menyatakan bangkrut mendorong para pemimpin Eropa untuk mencari sistim ekonomi yang lebih aman. Dimotori Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, hari Kamis berlangsung pertemuan dengan sejumlah pemimpin negara, pakar dan tokoh ekonomi untuk membahas apa yang disebut Kapitalisme Baru.

Di gedung Ecole Militaire Paris, selain sejumlah pakar hadir juga mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, Kanselir Jerman, Angela Merkel, Direktur Bank Sentral Eropa, Jean Claude Trichet, presiden Liberia, lima menteri dari seluruh dunia, serta tiga peraih Nobel di bidang ekonomi.

Bagi Kanselir Jerman, Angela Merkel kunjungannya ke Paris hari Kamis (08.01) terbagi menjadi dua bagian. Pagi hari dia berfilsafat mengenai visi sebuah sistim kapitalisme yang baru. Siang hari membahas mengenai politik harian bersama Presiden Perancis Nicolas Sarkozy. Pada pertemuan terpisah antara pemimpin Perancis dan Jerman, Merkel dan Sarkozy menyerukan agar kekerasan di Gaza secepatnya dihentikan. Selain itu mengumumkan sejumlah kesepakatan kerjasama.

Pembicaraan mengenai sebuah model Kapitalisme Baru menyoroti bagaimana mengarahkan pemerintah dan ekonomi agar peristiwa seperti krisis perbankan tidak terulang lagi. Tony Blair, Angela Merkel dan tuan rumah Sarkozy membuka forum itu dengan pidato. Ketiganya sepakat bahwa negara-negara G7 mampu bertahan menghadapi krisis yang terakhir ini. Kanselir Jerman menyuarakan sebuah usulannya, "Marilah kita memutuskan untuk membentuk sebuah Dewan Ekonomi, disampin Dewan Keamanan PBB."

Sementara Sarkozy yang di awal pidatonya mengritik lantang sistim kapitalisme, sektor perbankan dan para pelaku spekulasi di pasar bursa, mengakhiri pidatonya dengan kembali membela kapitalisme. Namun kali ini Kapitalisme yang dilengkapi seperangkat rambu baru. Tuntutan serupa diutarakan Tony Blair, mantan perdana menteri Inggris yang dengan santainya menggunakan bahasa Ingris dan Perancis secara bergantian. Ia mengatakan, "Yang mencolok terlihat dalam krisis ekonomi ini adalah betapa pentingnya nilai-nilai yang kita miliki, agar ekonomi dapat berjalan tanpa masalah."

Sarkozy juga menyampaikan harapannya agar kerangka untuk sebuah sistem peraturan baru sudah akan siap untuk dibahas pada pertemuan G20 bulan April mendatang di London. Selanjutnya pembahasan juga akan dilakukan oleh kelompok kerja Jerman dan Perancis di Berlin mendatang.

Di Istana Elysee Kamis siang, kedua pemimpin Perancis dan Jerman bertukar pendapat mengenai konflik Timur Tengah. Secara bersama mereka ingin membantu Mesir menjaga perbatasan Jalur Gaza dari penyelundupan senjata. Keduanya juga menyepakati sikap dalam menghadapi Rusia dan Ukraina dalam sengketa gas yang berlangsung. Selain itu, akan dilakukan kerjasama dalam penelitian di sektor otomotif, sebagai reaksi terhadap bantuan besar yang diberikan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk industri mobilnya.

Penetapan Paket Konjungtur Jerman yang kedua digunakan oleh Nicolas Sarkozy untuk meminta maaf atas komentarnya tahun lalu yang tidak diplomatis. Penuh canda, Sarkozy mengatakan; „Sementara Angela mulai bekerja mengatasi sesuatu, saya masih dalam tahap memikirkannya." Pernyataan ini bertolak belakang dengan komentarnya saat kunjungan Merkel ke Paris tahun lalu.


Sarkozy juga memuji pemikiran Jerman untuk memberikan kredit kepada sektor industri: "bagi saya ini ide yang bagus sekali. Kami pun sedang mempertimbangkannya dan kini akan mempercepat prosesnya dan melakukan hal yang sama seperti Jerman ". Kebekuan hubungan Jerman dan Perancis sudah mencair. Sebagai penggemar sepakbola, kedua pihak sudah membuat gol. Masing-masing mencetak skor satu-satu dan kini bola kembali berada di tengah lapangan. (ek)