1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel Di Jepang

29 Agustus 2007

Anggota delegasi kedua negara tidak mengenakan dasi, sebagai dukungan terhadap kampanye 'cool biz' yang dicanangkan pemerintah Jepang. Berpakaian sesuai udara panas, dan mengurangi penggunaan pendingin ruangan.

https://p.dw.com/p/CIqq
Merkel dan Abe di Tokyo
Merkel dan Abe di TokyoFoto: AP

Jepang tengah menghadapi musim panas yang sangat terik. Tapi untung, kata PM Shinzo Abe, udara agak sejuk saat Merkel berkunjung. Abe yakin, Merkel yang membawa udara sejuk itu, sehubungan dengan tema perubahan iklim yang diusungnya.

Lawatan Kanselir Jerman Angela Merkel ke negeri matahari terbit, mengusung tema pokok yang sama dengan Protokol Kyoto yang disepakati di Jepang 10 tahun silam.

Memang, pemanasan global, perubahan iklim, adalah sorotan utama dalam masa kepemimpinan Kanselir Jerman di G8, kelompok negara-negara industri maju dunia. Pertemuan Merkel dan Abe Rabu siang ini semacam pendahuluan penyerahan tongkat estafet, karena tahun depan giliran Jepang yang akan memimpin G8.

Seusai pertemuan, Merkel mengatakan dalam jumpa pers:

"Kami membicarakan bahwa tahun depan Jepang akan mengambil alih tongkat kepemimpinan di G8, dan kami mempersiapkan hal itu dengan seksama. Saya gembira, Jepang juga mengusung tema perlindungan iklim dan juga akan menunjukkan dari segi teknologi, kemungkinan apa saja yang kita miliki dalam hal penghematan energi."

Kanselir Merkel ingin agar Jepang meneruskan proyek yang diprakarsainya. Termasuk di dalamnya, pengurangan emisi gas rumah kaca dan kerjasama erat antara negara-negara industri dengan negara-negara ambang industri.

Tapi, berbeda dengan Jerman, dalam perang melawan pemanasan global Jepang berkosentrasi bukan dengan menetapkan tujuan yang kongkret, melainkan terlebih dulu mengikat Cina dan India dalam kewajiban perlindungan iklim. Tanpa partisipasi kedua penghasil besar karbon dioksida itu, ambang batas iklim global tak akan pernah tercapai. Selain itu, Jepang menempatkan tenaga nuklir sebagai instrumen untuk menghadapi pemanasan global.

Namun demikian, koran liberal Jepang, ASAHI, memuji peran Jerman sebagai perintis dalam perlindungan iklim. 10 tahun yang lalu, sebagai Menteri Lingkungan Angela Merkel ikut dalam tawar menawar pada perundingan Protokol Kyoto. Kini, sebagai Kanselir ia menetapkan sasaran perlindungan iklim yang drastis bagi negaranya sendiri.

Jepang sebaliknya, menghadapi kesulitan untuk memenuhi kewajiban yang ditetapkan Protokol Kyoto.

Lepas dari itu, Kanselir Merkel menggarisbawahi makna hubungan kedua negara.

"Saya percaya, hubungan Jepang dan Jerman luarbiasa penting dengan alasan berbeda-beda. Pertama, karena hubungan persahabatan kita, tapi juga yang kedua, karena kita dalam tanggungjawab yang berbeda, bisa dan mau memberi kontribusi demi menuju dunia yang damai dengan tanggungjawab, itu terlihat dalam pembicaraan tadi."

Selama 3 hari di Jepang, Merkel juga akan bertemu Kaisar Akihito, dan mengunjungi Kyoto serta Osaka.

Ia tiba di Jepang Rabu ini, setelah melakukan kunjungan 4 hari di Cina dimana selain tema hak asasi manusia, ia juga menyerukan perlindungan lebih besar terhadap hak cipta dan kebebasan pers yang lebih luas.

Merkel mengingatkan, perhatian dunia akan terus mengarah ke Cina yang akan menjadi tuan rumah pesta olahraga interansional Olimpiade 2008.

PM Cina Wen Jiabao menjanjikan kontribusi lebih besar dalam tema perubahan iklim.

Kanselir Jerman mengakhiri kunjungannya di Cina dengan meresmikan pabrik milik anak perusahaan Jerman Siemens AG, di Nanjing.