1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Merkel Bertemu dengan Medvedev

31 Maret 2009

Dalam pertemuan di Berlin, Selasa (31/03), Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Rusia Dmitry Medvedev Selasa (31/3) membahas tema KTT G20 dan NATO serta masalah penting lainnya.

https://p.dw.com/p/HNXb
Kanselir Jerman Angela Merkel (kiri) bersama Presiden Rusia Dmitry Medvedev (kanan)Foto: AP

Lawatan Presiden Rusia Dmitry Medvedev ke Berlin bukan hanya untuk membicarakan pertemuan puncak G20 yang akan dibuka di London, Rabu (01/04). Namun, bersama Kanselir Jerman Angela Merkel, Medvedv akan membahas berbagai tema penting, misalnya terkait rencana memodernisasikan jaringan pipa gas di Ukraina.

Pemerintah Rusia selama ini merasa tidak dilibatkan dalam perundingan antara Uni Eropa dan pemerintah Ukraina yang menyepakati peningkatan kerjasama. Dalam soal ini dukungan pemerintah Jerman sebetulnya tidak diminta, akan tetapi karena Jerman adalah konsumen terbesar gas Rusia, maka posisinya pun dianggap penting.

Dalam pertemuan dengan Merkel, Presiden Rusia juga akan memaparkan dampak krisis politik dalam negeri yang dialami Ceko terhadap dialog antara Uni Eropa dengan pemerintah di Moskow. Ceko saat ini memangku jabatan sebagai Ketua Dewan Uni Eropa. Persoalan terkait dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO pun akan dibahas. Rencananya dalam pertemuan puncak NATO di Kehl dan Straßburg nanti, dewan NATO-Rusia yang sempat dibekukan akibat Perang Kaukasus, akan dihidupkan lagi.

Beberapa hari lalu Kanselir Jerman Merkel menyerukan, agar kerjasama antara NATO dengan Rusia terkait soal keamanan dan pengamanan ditingkatkan. Merkel mengatakan: "NATO menginginkan Rusia sebagai mitra yang baik. Sejak 20 tahun kita bukan musuh lagi. Masa Perang Dingin sudah tuntas dan tidak akan terulangi."

Pembahasan G20, NATO dan tema penting lainnya bersama Merkel dilakukan tepat sebelum pertemuan G20 dan NATO. Menghadapi kedua pertemuan itu, nampaknya Medvedev ingin menunjukkan kekuasannya yang selama ini dianggap dibayangi pendahulunya Vladimir Putin.

Akhir pekan lalu, Dmitry Medvedev kembali harus menghadapi pertanyaan, siapa yang sebetulnya berkuasa di Rusia. Mantan Presiden Rusia Vladimir Putin yang kini menjabat sebagai perdana menteri atau Dmitry Medvedev? Dalam sebuah wawancara dengan BBC akhir pekan lalu, Medvedev berusaha untuk membuktikan bahwa ia yang berkuasa:

"Saya yang memimpin negara. Saya adalah kepala negara. Demikian pembagian kekuasaan. Vladimir Putin adalah pemimpin pemerintah. Hal tersebut adalah tugas yang berat. Tapi, secara mendasar keputusan negara dan atas nama rakyat diambil oleh presiden. Ini sudah pasti."

Awal Mei nanti tepat satu tahun Medvedev menduduki jabatan puncak negara. Namun, kebijakan politiknya tidak berbeda dengan pendahulu-pendahulunya. Satu hari setelah Barack Obama terpilih sebagai presiden baru Amerika Serikat, Medvedev sudah melontarkan ancaman akan membangun rudal jarak pendek sebagai reaksi atas rencana Amerika Serikat membangun sistem penahanan rudal di Eropa. Ia juga menuding Amerika Serikat bertanggungjawab atas krisis keuangan global dan berencana untuk menambah persenjataan Rusia. Apakah hubungan Rusia dan Amerika Serikat di bawah pimpinan Barack Obama akan membaik, masih harus diamati. Paling tidak, kedua negara itu berupaya untuk sebuah perjanjian mengurangi pembuatan senjata atom.

Hari Rabu (01/04) dan Kamis (02/04) Merkel dan Medvedev akan menghadiri pertemuan puncak G20 di London. Dalam pertemuan itu negara-negara industri dan di ambang industri akan merundingkan reformasi pasar uang. Setelah pertemuan G20, tanggal 3 April akan digelar konferensi tingkat tinggi NATO. (an)