1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

120809 Clinton Anerkennung

12 Agustus 2009

Hillary Clinton tampak marah besar. Apa penyebab kegagalannya mengendalikan diri saat melawat di Afrika?

https://p.dw.com/p/J8Wh
Menlu AS Hillary Clinton dalam lawatan ke tujuh negara di Afrika. Dalam foto, saat di Abuja, Nigeria pada 12 Agustus 2009. Ia mengimbau Nigeria untuk melakukan reformasi politik yang luas.Foto: AP

Dalam sekejap yang terasa lama, Hillary Clinton kehilangan kendali. Mimik wajahnya kesal, suaranya keras: "Sebentar, betulkah Anda ingin tahu dari saya, apa pendapat suami saya? ", begitu tanya Hillary Clinton tajam kepada seorang mahasiswa Kongo, di ibukota Kinshasa. Ketus ia menegaskan, bukan suaminya yang menjabat menteri luar negeri AS. Melainkan dia, Hillary Clinton

Tiba-tiba perempuan bertekad besi yang terkenal karena kemampuannya mengendalikan diri, terdengar penuh emosi. Padahal mahasiswa itu hanya bertanya mengenai politik Barack Obama di Afrika. Tanpa maksud memprovokasi.

Masalahnya sang penerjemah kesalahan. Tertukar menyebut Bill Clinton dan bukannya Barack Obama – sebuah kesalahan yang bisa terjadi.

Namun apakah itu Barack atau Bill, tampaknya Menteri Luar Negeri Hillary Clinton lelah untuk hanya berada di bayang-bayang seorang Presiden. Baik yang memegang jabatan presiden saat ini, maupun yang sudah meletakan jabatannya. Ia mengatakan: "Anda ingin mengetahui pendapat saya? Segera saya katakan. Saya mampu mengemukakan pendapat sendiri dan tidak membutuhkan suami saya, untuk menyampaikan pesan politik.”

Potongan rekaman video tentang reaksi keras Clinton ini dalam waktu singkat tersebar di halaman internet stasiun televisi Amerika. Sejak beberapa waktu, citra Hillary yang kuat tersingkir oleh citranya sebagai Menteri Luar Negeri yang lemah. Tak sebanding dengan sosok Condoleezza Rice, yang bekerja erat dengan Presiden Bush dan mempresentasikan Amerika di seluruh dunia.

Clinton tampak berusaha menggambarkan bahwa dalam enam setengah bulan terakhir ia dan Obama erat bekerjasama. Namun, Obama yang berkarisma di panggung politik dunia, tak memberikan kesempatan banyak kepada mantan saingannya untuk berkiprah. Juga kali ini, saat Clinton melakukan tugas diplomasinya yang terpenting sampai saat ini, Obama kembali mencuri pertunjukan dengan membahas kebijakan reformasi sektor kesehatan AS. Tampaknya tanpa koordinasi dengan Clinton. Dan tentunya media menyorot sang Presiden, yang selain telah menarik anak buah Hillary, pakar Iran Dennis Ross dari Kementrian Luar Negeri ke Gedung Putih, juga telah mempercayakan misi Afghanistan kepada Richard Holbrook yang berambisi sebagai Menteri Luar Negeri.

Obama tampaknya akan berusaha terus menunjukan bahwa ia saat ini satu-satunya politisi Amerika Serikat yang terbaik dalam urusan luar negeri. Sementara Hillary Clinton, yang dari 3 Agustus hingga 14 Agustus berada di Afrika mempromosikan pemerintahan baik dan bersih, serta toleransi antara manusia, terpaksa berpegang teguh pada moto kampanye waktu pemilu: Prinsip Harapan.

Ralph Sina / Edith Koesoemawiria
Editor: Andriani Nangoy