1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menjelang Peringatan Serangan Teror 11 September

10 September 2010

11 September 2001, AS mengalami serangan teror, ketika dua pesawat menabrak menara kembar World Trade Center, WTC di New York. Serangan teror itu menewaskan hampir 3000 orang dan mengubah tatanan politik dunia.

https://p.dw.com/p/P9JK
World Trade Center yang terbakar setelah serangan teror 11 September 2001Foto: AP

Memperingati serangan teror di Amerika Serikat tanggal 11 September 2001, harian Inggris The Times menulis

“Amerika Serikat menghadapi masalah-masalah filosofis dan moral, yang jauh lebih kompleks daripada yang bersedia diakui dunia. Nilai Obama dalam menangani masalah ini buruk. Ia diharapkan menjadi kandidat pemersatu, tapi selama masa kepemimpinannya Amerika Serikat kini semakin terpolarisasi. Jika saja ia menyenangkan pendukungnya dan mengesalkan lawannya, itu saja sudah cukup buruk. Tapi yang lebih buruk lagi, tampaknya ia memandang perkembangan saat ini dengan tatapan kebingungan. Dalam kampanye pemilu, Obama menjadi lambang impian negaranya. 9 tahun setelah serangan 11 September, ia menjadi lambang perpecahan negara itu.“

Sementara harian Italia Corriere della Sera berkomentar

„Bos teror Osama bin Laden saat ini menghilang, dilindungi oleh komplotnya, juga oleh keterangan tentang dirinya yang tidak dapat dibuktikan dan lokasi geografis yang hampir tidak dapat dilacak. Dengan langkahnya yang panjang, Bin Laden menjebak barat, mengubah eksistensi kita dan melenyapkan kehidupan dan sumber daya. Ia memang tidak menang, tapi ia telah memaksa kita untuk melakukan perang. Orang tidak dapat memandang tanpa bertindak, diperlukan jawaban untuk menangkis pukulan berikutnya. Walaupun ada hal yang harus dihindari, menjadikan perang melawan teror sebagai inti politik luar negeri Barat. Tapi akhirnya orang memainkan permainan seseorang yang menginginkan perang dunia.“

Pemimpin revolusioner Kuba, Fidel Castro melontarkan kritik terhadap dirinya sendiri. Komentar harian Perancis Le Figaro

“Mungkin Fidel Castro akhirnya menyadari seberapa besar dampak bencana yang diakibatkan komunisme di negaranya. Pernyataannya mungkin diharapkan membantu menekan saudaranya Raul, yang masih ragu-ragu untuk melakukan reformasi liberalisasi ekonomi. Kuba sudah lama tidak lagi menjadi ancaman. Setelah absen empat tahun, peran Fidel Castro tidak dapat lagi dipandang sebagai pengkhotbah, tapi ia masih tetap dipandang penting dalam meraih perhatian. Dan tidak terlalu terlambat baginya untuk memanfaatkan hal itu untuk sesuatu yang baik.“

Dan terakhir komentar harian Jerman Märkische Oderzeitung:

Perkataan Fidel Castro untuk pertanyaan, apakah model Kuba masih akan diekspor ke dunia. Pada Kuba sekalipun hal itu tidak berfungsi. Dan ia benar. Hanya yang tidak jelas, konsekuensi apa yang ditarik rezim di Havana dan peranan apa yang masih dimainkan Fidel. Awal Agustus lalu, saudara mudanya Raul yang mewarisi jabatan Fidel sebagai presiden mengumumkan liberalisasi ekonomi yang amat berhati-hati. Demikian hati-hatinya hingga orang hampir menilai hal itu sangat mikroskopis. Hanya keberanian untuk mengoreksi haluan, yang membawa kemajuan negara seperti yang dilakukan rekan sealirannya di Beijing, selama ini tidak tampak di Kuba. Tapi sekarang, apa yang masih tersisa setelah pengakuan ini?

Dyan Kostermans/dpa/AFP

Editor: Pasuhuk