1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mengupas Kemitraan Strategis Indonesia – Jerman

11 Februari 2019

Indonesia dan Jerman adalah dua negara yang sangat penting dan memiliki nilai strategis di kawasan masing-masing. Bagaimana hubungan kemitraan keduanya? Simak opini Duta Besar RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno.

https://p.dw.com/p/3D7Sg
Arif Havas Oegroseno
Foto: KBRI Berlin

Analisa hubungan bilateral dua negara sering dilakukan secara sektoral melalui sejumlah aspek seperti politik, sosial, ekonomi dan budaya. Pendekatan ini tidak salah, namun demikian sering menggiring kita kepada pilihan-pilihan kebijakan yang lebih mementingkan satu dimensi saja.

Sejak mulai bertugas secara resmi di Jerman ini, yaitu pada 8 Mei 2018 pada saat saya menyerahkan letters of credence kepada Presiden Jerman, dalam berbagai diskusi dengan para pembuat kebijakan publik di Jerman pada tingkat Federal dan Landers, pelaku usaha Jerman tingkat global atau pun wakil mittlestand, media dan think tank serta LSM berpengaruh di Jerman, saya selalu menyampaikan pentingnya melihat Indonesia – Jerman dari pandangan big picture.

Indonesia dan Jerman adalah dua negara yang sangat penting dan memiliki nilai strategis di kawasan masing-masing. Jerman adalah negara dengan penduduk terbesar di UE, memiliki stabilitas politik yang baik serta pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan berada di lokasi yang strategis dengan 9 negara tetangga. Jerman juga negara pendiri UE. Sementara itu, Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar di Asia Tenggara, memiliki stabilitas politik dan ekonomi yang sangat baik, dengan lokasi yang super strategis di dunia serta 10 negara tetangga. Indonesia adalah salah satu pendiri ASEAN serta gerakan anti-kolonialisme Asia-Afrika.

Indonesia dan Jerman adalah anggota negara-negara G-20. Indonesia bahkan satu-satunya negara G-20 dari ASEAN.

Dubes RI di Jerman, Arif Havas Oegroseno
​​​​Dubes RI di Jerman, Arif Havas OegrosenoFoto: KBRI Berlin

Indonesia dan Jerman memiliki postur yang kuat dalam kancah geopolitik kawasan sehingga dapat memainkan peran penting pada tingkat kawasan dan masing-masing dan bukan negara yang mudah diombang-ambingkan oleh kekuatan kawasan lain yang lebih besar.

Selain itu, dinamika beberapa elemen hubungan bilateral juga berubah secara signifikan. Misalnya dari sisi pendidikan, mahasiswa Indonesia penerima beasiswa dari Jerman sudah semakin berkurang. Mayoritas mahasiswa Indonesia belajar di Jerman dengan biaya pribadi atau beasiswa dari Pemerintah Pusat dan bahkan daerah. Memang benar bahwa mereka menikmati pendidikan yang murah, namun mereka menanggung akomodasi dan transportasi sendiri. Yang mana hal ini berarti bahwa mereka juga memberikan kontribusi pendapatan negara Jerman baik melalui pajak makanan dan minuman atau sewa akomodasi.

Dari sisi perdagangan, Indonesia mengalami defisit perdagangan yang cukup signifikan, di mana Indonesia lebih banyak membeli barang dari Jerman, yang artinya Jerman memiliki keuntungan yang lebih daripada Indonesia dalam perdagangan bilateral.

Dari sisi industri strategis, beberapa produk strategis yang berfungsi ganda, sipil dan militer, dengan teknologi asal Jerman sudah diproduksi di Indonesia untuk pasar Eropa, AS dan bahkan Afrika.

Membangun hubungan bilateral lebih bermakna

Dari sisi strategis, Jerman semakin menyadari bahwa laju ekspor-impor Jerman ke Asia melalui perairan strategis yang berada di bawah kedaulatan Indonesia, yaitu Selat Malaka, Selat Singapura, Selat Sunda dan Selat Lombok serta juga harus melalui perairan penuh konflik: Laut Cina Selatan. Dengan demikian kerjasama dengan Indonesia memiliki dimensi yang sangat global.

Dari sisi keamanan, banyaknya foreign fighters asal Jerman dan juga asal Indonesia yang kembali ke tanah air masing-masing dari kawasan konflik Suriah telah memberikan permasalahan ancaman terorisme yang sama di antara kedua negara.

Bahkan dari sisi sosial yang sering luput dari perhatian, misalnya tingkat kepercayaan publik terhadap Pemerintah dan LSM, data global Edelman Trust Barometer 2019 menunjukkan bahwa Pemerintah dan LSM di Indonesia mendapatkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari publik nya dibandingkan kepercayaan publik Jerman terhadap Pemerintah dan LSM-nya.

Publik Indonesia memiliki dalam tingkat kepercayaan terhadap pemerintah yang tinggi (skor 75) dan Jerman hanya 40. Sementara itu publik Indonesia memiliki dalam tingkat kepercayaan tinggi terhadap LSM nya (skor 68), sementara Jerman hanya 44. Menurut Edelman, angka di bawah 50 adalah indikasi distrust.

Bahkan dari sisi jumlah LSM, hingga November 2018 terdapat 390,923 LSM di Indonesia (lebih banyak dari penduduk kota Bonn) dan berkembang terus dengan pendaftaran sekitar 50 hingga 100 per hari.

Tanpa memperhatikan elemen strategis dan perkembangan yang dinamis dalam berbagai elemen hubungan bilateral tersebut, maka hubungan bilateral dua negara hanya akan berkutat pada hubungan sektoral semata dan dapat saja terjebak kepada cara pandang lama yaitu cara pandang bahwa Jerman adalah negara maju yang agenda utama nya hanya membantu Indonesia sebagai negara berkembang. Mindset atau pola berpikir dikotomi negara maju dan negara berkembang serta masih adanya keinginan "civilizing missions atau Zivilisierungsmissionen” dalam berbagai diskursus di Eropa Barat memang tidak mudah diubah. Tetapi fakta berbicara lain.

Dalam konteks ini lah, deklarasi kemitraan strategis Indonesia – Jerman menjadi suatu pijakan yang kuat bagi pengembangan hubungan bilateral yang lebih bermakna dari sisi hubungan antar-negara atau pun kepentingan perdamaian kawasan. Indonesia – Jerman dapat mengembangkan ekonomi dan investasi yang lebih mendalam, tidak saja antara para industri besar tetapi juga mittlestand dan UKM Indonesia. UKM Indonesia pun bukan hanya di bidang kerajinan tetapi di sektor otomotif, penerbangan dan energi. Jerman, melalui bisnis nya di Cina, dapat berpartisipasi dalam investasi Cina di Asia Tenggara dan Indonesia. Kemitraan di antara industri strategis sudah harus berbentuk pusat-pusat enginering teknologi Jerman di Indonesia.

Kerjasama pembangunan pun tidak hanya berbentuk hibah atau bantuan tetapi juga dalam format blended finance bersama dengan donor lain dan dana swasta.

Di bidang lingkungan dan keamanan

Sebagai sesama Negara Pihak Perjanjian Paris serta memiliki komitmen di bidang kemaritiman, kedua negara dapat bekerja sama dalam mitigasi dan adaptasi perubahan lingkungan dan cuaca di kawasan pantai seperti kerjasama di bidang bakau di kawasan pesisir. Indonesia yang telah melakukan pembasahan lahan gambut seluas 200,000 hektar dan akan terus melakukannya hingga 2 juta hektar dapat memberikan motivasi bagi politisi dan petani Jerman agar bersedia melakukan pembasahan gambut di Jerman dan Eropa.

Kerjasama pertahanan sudah waktunya ditingkatkan tidak hanya untuk kepentingan bilateral tetapi juga untuk keamanan kawasan. Jerman perlu terus menerus menegaskan perlunya penghormatan terhadap UNCLOS 1982 dan hukum internasional dalam penyelesaian sengketa di Laut Cina Selatan.

Kerjasama melawan terorisme juga harus dikembangkan lebih komprehensif lagi guna saling bertukar informasi tentang kecenderungan baru ancaman terorisme di kawasan masing-masing. Indonesia, misalnya, perlu memahami kecenderungan di Jerman dan Eropa di mana pelaku kejahatan terorisme sudah melibatkan kriminal yang tidak religius.

Sebagai dua negara anggota tidak tetap DK PBB, Indonesia dan Jerman dapat memainkan peran positif dalam proses pengambilan keputusan di DK PBB di mana veto dapat dikurangi penggunaannya.

Beberapa aspek kerjasama ini tentunya hanya sekedar ilustrasi saja dan tidak mengurangi berbagai bentuk kerjasama lainnya yang ada di semua lini hubungan bilateral Indonesia – Jerman. Sudah saatnya kemitraan strategis Indonesia – Jerman dilaksanakan dengan langkah kerja yang cepat dan terukur, serta benar-benar berlandaskan pada kesetaraan dua bangsa dan negara. Sebenarnya, keberadaaan Raden Saleh di Dresden selama puluhan tahun, dan Walter Spies dari Dresden di Bali juga selama puluhan tahun merupakan suatu simbol bahwa dua bangsa dan negara memiliki keterpautan sejarah dalam suatu kesetaraan yang sudah sangat lama.

Penulis:

@havasoegroseno , Dubes RI Untuk Jerman 2018 – kini.

*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.

*Tulis pendapat anda di kolom komentar di bawah ini.