1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menanti Presiden Baru Cek Memperkuat Hubungan UE-Ukraina

30 Januari 2023

Presiden Republik Cek yang baru terpilih Petr Pavel, mantan jenderal NATO, berniat mempromosikan hubungan dekat dengan Uni Eropa dan menawarkan dukungan kuat untuk Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia, kata para analis.

https://p.dw.com/p/4MrGC
Presiden Republik Ceko Petr Pavel
Pensiunan pahlawan perang Petr Pavel sukses mengalahkan miliarder populis Andrej Babis dalam pemilihan presiden Republik CekoFoto: Petr David Josek/AP Photo/picture alliance

Pahlawan perang berusia 61 tahun, Petr Pavel, berhasil mengalahkan miliarder populis Andrej Babis dalam pemilihan presiden Republik Cek pada hari Sabtu (28/01).

Pavel yang merupakan seorang mantan Kepala Komite Militer NATO, akan menggantikan petahana Milos Zeman, yang blak-blakan dan telah membina hubungan lebih dekat dengan Moskow dan Beijing sebelum berbalik ketika Rusia menginvasi Ukraina tahun lalu.

Analis mengatakan kepada AFP bahwa pengalaman Pavel dalam diplomasi militer akan menjadi aset yang jelas karena ia memegang jabatan presiden yang sangat berbeda dari pendahulunya.

Sementara itu, Presiden Pavel dijadwalkan berbicara dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada Senin (30/01), kata juru bicara Pavel, sebuah langkah yang sangat tidak biasa mengingat kurangnya hubungan formal dan kudeta diplomatik untuk Taipei yang kemungkinan akan menyulut kemarahan Cina.

Kantor Kepresidenan Taiwan tidak segera menanggapi permintaan komentar, tetapi mengatakan pada hari Minggu (29/01) bahwa Tsai telah mengucapkan selamat kepada Pavel atas kemenangannya.

"Kami tahu bahwa kontaknya di NATO, serta rekan-rekan dari negara-negara anggota NATO ... sangat kuat, dan kebijakan luar negeri akan menjadi domainnya," kata Pavel Havlicek, seorang ilmuwan di Asosiasi Urusan Internasional di Praha.

"Saya pikir dia akan menjadi presiden yang mahir jika kita menyadari perang di Ukraina adalah salah satu masalah utama yang dihadapi Eropa," kata Havlicek kepada AFP.

Mendukung Ukraina

Pavel adalah anggota Partai Komunis Cekoslowakia pada 1980-an dan mulai naik pangkat dengan cepat melalui pangkat militer hingga komunisme jatuh pada 1989.

Setelah Cekoslowakia terpecah menjadi Republik Cheska (atau Cek) dan Slovakia pada tahun 1993, Pavel menjadi penganjur keanggotaan UE dan NATO.

Dia juga menyerukan lebih banyak bantuan ke Ukraina, yang diinvasi oleh Rusia pada Februari tahun lalu.

"Dia sangat mendukung Ukraina, dia telah berulang kali menyuarakan dukungannya, dan dia sangat kritis terhadap Rusia," kata Jiri Pehe, seorang analis politik di Universitas New York Praha.

"Sikapnya akan memerlukan dukungan kuat ke Ukraina tanpa syarat apa pun," kata Pehe kepada AFP.

Kepresidenan UE

Para pemimpin Eropa menyambut baik kemenangan Pavel, seiring dengan Presidensi Cek di Dewan Uni Eropa.

Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan Berlin akan bekerja "bergandengan tangan untuk Uni Eropa dan NATO yang lebih kuat" dengan Pavel, sementara Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen memuji "komitmen kuatnya terhadap nilai-nilai Eropa kami".

Pavel juga mendukung adopsi euro sebagai mata uang Republik Cek.

Dia diperkirakan akan bekerja sama dengan koalisi kanan-tengah pemerintahan negaranya yang dipimpin oleh Perdana Menteri Petr Fiala, yang juga memberikan bantuan militer dan kemanusiaan ke Ukraina.

"Pavel akan mengacu pada kebijakan pemerintah dalam hal ini dan saya pikir tidak akan ada perselisihan mendasar," kata analis Universitas Palacky Pavel Saradin.

"Tidak akan ada ambivalensi yang kami miliki dengan Milos Zeman," kata Pehe.

Analis juga mengharapkan Pavel dapat mengalihkan pandangan yang lebih kritis terhadap hubungan dekat negaranya dengan grup Visegrad-empat, yang terdiri dari Republik Cek, Slovakia, Polandia, dan Hungaria.

Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban berselisih dengan UE atas aturan hukum di negaranya dan hubungannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Terkait hal itu, Pavel telah beberapa kali mengkritik Orban dan bertemu dengan tokoh oposisi saat dia mengunjungi Hungaria pada Desember lalu.

ha/hp (AFP, Reuters)