1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Masa Depan Irak Tidak Buruk

1 September 2010

Penarikan resmi militer AS dari Irak masih menjadi sorotan sejumlah media internasional. Begitu juga kesediaan Palestina dan Israel untuk kembali ke meja perundingan demi perdamaian di Timur Tengah.

https://p.dw.com/p/P1nm
Tentara AS tinggalkan Irak menuju KuwaitFoto: AP

Terkait berakhirnya misi militer Amerika Serikat di Irak harian konservatif Spanyol yang terbit di Madrid ABC menulis:

„Pasukan AS ditugaskan agar kawasan di Irak terlindung dari kekuatan hitam dan totaliter para pemberontak yang dari sana hendak menyerang dunia barat . Merupakan tindakan yang tepat dari Presiden AS Barack Obama untuk tidak bersorak sorai karena merasa berhasil. Sebab target sesungguhnya untuk menciptakan sebuah mekanisme demokrasi di Timur Tengah tidak tercapai. Pernyataan Obama untuk menarik mundur militer AS dari Afganistan juga menunjukkan bahwa ia cenderung untuk tidak mencampuri urusan internasional. Ini merupakan pesan yang sangat menggelisahkan. Upaya terakhirnya untuk memajukan perundingan perdamaian Timur Tengah pun nampaknya meragukan sebelum pemerintahnya mulai mengisolasi diri. Langkah itulah yang dinantikan kekuatan yang hendak mengancam dunia barat.“

Harian Inggris The Times juga mengomentari penarikan tentara AS dari Irak. Harian ini menulis:

„Irak akan kesulitan menghadapi situasinya, namun masa depan menjanjikan harapan yang tidak buruk. Kepahitan terberat yang dirasakan oleh Irak adalah kenyataan bahwa dalam lima bulan setelah pemilihan digelar, partai terpenting di negara itu tidak berhasil membentuk pemerintahan. AS yang masih menempatkan 50.000 tentara di sana hanya memainkan peranan kecil dalam upaya mencarikan solusi. Tetapi meskipun demikian, Irak berhasil menggelar pemilu yang cukup demokratis. Sistem pengolahan minyak di Irak menjadi lebih modern, sehingga pendapatannya dapat meningkat. Walaupun negara itu akan menghadapi perjuangan lama dan alot, kini sudah nampak, dibandingkan dengan tujuh tahun lalu rakyat Irak mempunyai peluang baik untuk meraih masa depan yang lebih aman dan demokratis.

Tema lain yang juga menjadi sorotan media internasional adalah perundingan perdamaian Timur Tengah. Harian independen Perancis Le Monde menulis:

„Pemerintah Israel dan Palestina karena rasa hormat terhadap Presiden AS Barack Obama sehingga menyatakan bersedia untuk kembali ke meja perundingan. Namun mereka melakukannya tanpa ambisi dan hanya untuk menghindari agar tidak dinilai sebagai menolak dialog. Situasi ini bukan ajang mengadu kekuatan. Barack Obama menggunakan semua kesempatan untuk menekan Israel. Tetapi, ia tidak berhasil untuk menggerakan pemimpin pemerintah Israel Benyamin Netanjahu untuk mengubah pendiriannya demi keadilan mendasar. Agar menghentikan pembangunan pemukiman Yahudi di Yerusalem dan Tepi Barat Yordan. Hanya dengan langkah itulah Netanjahu membuktikan niat baiknya demi terbentuknya negara Palestina.

Obama hanya berhasil meraih ditangguhkannya pembangunan pemukiman baru, sampai 26 September mendatang. Netanjahu mengatakan akan mengejutkan kalangan yang meragukannya. Pernyataannya tidak meyakinkan. Bila ketua partai Likud itu bersungguh-sungguh agar terjadi kemajuan dalam perundingan perdamaian, maka mitranya dari kubu ultra kanan akan menghalanginya. Sudah hilangkah harapan? Belum tentu. Di Timur Tengah sudah ada perkembangan. Dengan bantuan dari AS dan Eropa, Presiden Palestina Mahmud Abbas dan pemimpin pemerintah Salam Fajad berhasil memajukan perekonomian dan menciptakan keamanan di Palestina. Mereka membangun embrio sebuah negara. Dalam beberapa bulan Palestina dapat memproklamasikan kemderdekaannya secara sepihak.“

AN/AR/dpa/afpd