1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Masa Depan Afghanistan dan Obama

3 Desember 2009

Keputusan Amerika Serikat dan NATO untuk menambah pasukan asing di Afghanistan mendapat reaksi beragam. Perkembangan di Afghanistan tidak bisa dilihat secara terisolasi.

https://p.dw.com/p/Kpr2
Tentara AS berpatroli di provinsi Wardak, AfghanistanFoto: AP

Harian Inggris Independent menulis:

Dalam pidatonya Obama memberi keterangan, mengapa ia perlu waktu begitu lama sampai mengeluarkan keputusan untuk menambah pasukan di Afghanistan. Ia mengatakan, situasi di Afghanistan tidak boleh dilihat secara terisolasi. Kondisi geopolitik di seluruh kawasan perlu diperhatikan. Demikian juga posisi Amerika Serikat di dunia. Dengan demikian Obama kembali ke kebijakan luar negeri yang saling berkaitan, yang ia mulai sejak awal masa jabatannya. Ia juga kembali pada upaya untuk memperbaiki citra Amerika Serikat. Adalah suatu kesalahan, jika menilai bahwa waktu lama yang dibutuhkan Obama sampai bisa mengambil keputusan sebagai suatu kelemahan. Itu justru menjadi bukti kemampuannya melakukan analisa menyeluruh.

Harian Italia La Stampa berkomentar:

Tentu saja, Barack Obama bukan George W Bush. Ia tidak percaya pada perang sebagai jalan keluar. Barack Obama naik ke kursi presiden justru dengan janji untuk menghormati dan mengupayakan kesetaraan antara bangsa-bangsa. Melalui hubungan bilateral, penguatan organisasi internasional dan dialog antar budaya. Tapi posisi tawar Obama juga tergantung dari kekuatan militer negaranya. Karena itu, ia tidak bisa menyerah di Afghanistan. Ia juga harus berani berhadapan dengan Teheran dan mempertahankan pengaruh Amerika Serikat di Irak. Obama hanya bisa menyelesaikan apa yang sudah dimulai oleh Bush.

Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung menulis:

Obama menyebut kata kunci Vietnam dalam pidatonya. Ketakutan rakyat Amerika Serikat pada keterlibatan dalam perang di sebuah negara yang jauh memang tidak pernah hilang. Sang presiden benar ketika menyebutkan, bahwa Afghanistan berbeda dengan Vietnam. Kali ini, Amerika Serikat didukung oleh koalisi yang luas. Namun di medan perang, dukungan ini makin lama makin kecil. Selama ini kontribusi Eropa dan Amerika Serikat di Afghanistan hampir berimbang. Dengan tambahan pasukan yang besar, Amerika Serikat sekarang jadi dominan. Terserah kepada negara-negara NATO yang lain untuk mengubah situasi ini.

Harian Austria Der Standard menilai:

Keputusan ini penuh resiko bagi Obama. Karena banyak hal yang bisa mempengaruhi strateginya secara fatal. Apakah Presiden Afghanistan Hamid Karzai akan bekerjasama? Apakah Eropa akan bersedia menanggung sebagian beban? Apa yang akan terjadi dengan Pakistan? Apakah para penguasa lokal bisa dikendalikan? Lalu mengapa Taliban dan al Qaida harus takut pada operasi militer yang akan selesai tahun 2011? Jawaban atas rangkaian pertanyaan ini tidak hanya akan menentukan keberhasilan operasi di Afghanistan. Melainkan juga pemilihan kembali Obama pada tahun 2012.

HP/EK/dpa/afp