1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Mahmud Abbas terpilih sebagai presiden baru Palestina

10 Januari 2005

Mahmud Abbas telah dipastikan akan menggantikan mendiang Yasser Arafat sebagai presiden baru Palestina. Inilah topik dalam Sari Pers DW kali ini.

https://p.dw.com/p/CPPe
Poster Pemilu presiden Palestina
Poster Pemilu presiden PalestinaFoto: AP

Sebanyak 70 persen dari seluruhnya 1,8 juta warga Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan Jerusalem Timur telah memberikan suaranya . Tampaknya proses pemungutan suara berjalan lancar, yang menunjukkan bahwa rakyat Palestina sedang bergerak menuju kehidupan demokrasi, demikian menurut para pengamat internasional. Kemenangan Mahmud Abbas pada umumnya disambut positif oleh harian-harian di Eropa.

Namun harian Italia Corriere della Sera memperingatkan , bahwa ujian sebenarnya baru akan datang di kemudian hari. Harian ini berkomentar...

Hasil sebenarnya dari pemilu presiden namun tergantung pada hubungan di masa depan antara Mahmud Abbas dan kelompok teroris Hamas. Risiko kegagalan tetap ada. Paling tidak, apabila tidak semua pihak terkait cukup bijaksana dan memperbarui resep lama mantan PM Israel Rabin, yakni mengadakan perundingan seakan-akan tidak ada terorisme, dan pada waktu bersamaan memerangi terorisme, seakan-akan tidak ada perundingan

Harian Denmark Jyllands-Posten memperingatkan terhadap harapan yang terlalu besar....

Rakyat Palestina telah mengambil langkah penting ke arah perwujudan masa depannya. Dengan pemilu presiden yang demokratis pimpinan di Ramallah memperoleh legitimitas baru. Kepada Mahmud Abbas yang terpilih mungkin dikaitkan harapan yang terlalu besar. Dengan koalisi antara Ariel Sharon dan Simon Peres, Israel telah menciptakan landasan nasionalnya sendiri. Kedua belah pihak kini memiliki mandat yang diperlukan sebagai mitra yang sederajat. Namun kekuatiran yang ada dan sikap pesimis disebabkan karena kaum ekstremis di kedua kubu masih tetap berambisi untuk merintangi perdamaian.

Harian Perancis Libération berpendapat, Abbas harus segera memanfaatkan peluang bagi perundingan...

Pengganti Arafat memperoleh mandat rakyatnya bagi perundingan dengan Israel. Namun itu bukanlah tanpa syarat. Abbas dipilih tanpa lawan yang sebenarnya, dan ia harus menunjukkan hasil. Itu berarti, setiap penundaan ke arah perkembangan positif dapat digunakan untuk menjatuhkannya. Juga belum pasti, apakah Konferensi Internasional Timur Tengah pada 1 Maret di London, akan merupakan kerangka yang tepat bagi kemajuan sesungguhnya. Sebab Israel tidak diwakili dalam konferensi itu, dan banyak orang Palestina menentangnya. Abbas mengkaitkan nasib politiknya dengan kompromi yang bijaksana , karenanya ia harus secepatnya memanfaatkannya.

Perdamaian dengan Israel kini mungkin tercapai, demikian komentar harian Perancis Le Figaro...

Israel dan AS kini hendak berunding dengan presiden baru Mahmud Abbas, sementara mereka sebelumnya menolak setiap dialog dengan Arafat. Bila Abbas hendak mempertahankan kepercayaan rakyatnya, ia harus secepatnya menunjukkan bahwa Palestina lewat dialog akan mendapat lebih banyak keuntungan ketimbang lewat aksi kekerasan. PM Israel Sharon akan mendukungnya, apabila ia berhasil diyakinkan bahwa perang melawan terorisme dijalani dengan sungguh.

Menurut harian Inggris The Guardian kemenangan Abbas menunjukkan bahwa mayoritas yang bungkam mendambakan normalitas...

Terpilihnya Mahmud Abbas merupakan saat penting bagi Palestina dan Israel, dan bagi harapan untuk perdamaian di kawasan yang terbagi dan diperebutkan dengan darah. Tokoh pragmatis yang diam yang kini akan menggantikan Arafat dikonfrontasi dengan harapan besar dari seluruh dunia. Kemenangannya adalah berkat suara mayoritas yang bungkam di Palestina, yang mendambakan kehidupan mormal di negara sendiri. Israel hendaknya harus menerimanya.