Luaskan Pikiran dan Diskusi Langsung dengan Penerima Hadiah Nobel
Penerima Hadiah Nobel tiap tahun berkumpul di acara Lindau Nobel Laureate Meetings. Tahun ini untuk ilmu fisiologi dan kedokteran. Ajang ini dinanti peneliti muda karena bisa berdiskusi langsung dengan penerima Nobel!
Lebih banyak keberagaman dalam sains
Pertemuan tahunan para penerima Hadiah Nobel atau Lindau Nobel Laureate Meetings tahun 2023 dibuka pada Minggu (25/06). Dr. Nkechi Madubuko, jurnalis dan sosiolog dari Universitas Giessen di Jerman tampil sebagai pembawa acara. Perhelatan tahunan ini berupaya untuk lebih menampilkan suara peneliti dari gender minoritas.
Dihadiri 40 penerima Hadiah Nobel
Tahun ini, perhelatan berfokus pada disiplin ilmu fisiologi dan kedokteran. Hadir sejumlah nama besar, seperti ahli saraf John O'Keefe penerima Nobel tahun 2014.Juga Emmanuelle Charpentier dari Max Planck Unit for the Science of Pathogens, Berlin, yang tahun 2020 dianugerahi Nobel Kimia bersama rekannya Jennifer Doudna karena menemukan ‘gunting genetik’ untuk mengedit DNA.
Dinanti peneliti muda untuk berdiskusi
Sekitar 600 peneliti muda dari seluruh dunia ikut hadir dalam pertemuan. Ini adalah kesempatan yang hanya mereka peroleh sekali seumur hidup. Peneliti muda berkesempatan mengikuti acara makan siang dengan idola mereka di dunia sains. Selain itu ada pula acara Science Walks di mana mereka bisa berjalan santai sambil mengobrol dengan penerima Nobel.
Agnes Rosarina Prita Sari: Sains untuk kesejahteraan masyarakat
Peneliti dari Indonesia juga hadir, salah satunya Agnes Rosarina Prita Sari atau Ita, dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM. "Covid-19 berhasil dituntaskan gara-gara vaksinasi, sedangkan vaksinasi itu berasal dari sains," ujarnya. Karena itu ia berpesan kepada sesama peneliti muda utamanya perempuan untuk menuntut ilmu setinggi mungkin untuk kesejahteraan masyarakat.
Antonia Morita Iswari Saktiawati: Tes TBC lewat e-Nose
Sebagai negara mitra, Indonesia diberi kesempatan mengadakan acara khusus, yang bertajuk "Indonesia in Overcoming COVID-19 Pandemic and Domestic Vaccine". Di acara ini, salah satu pembicara adalah Antonia Morita Iswari Saktiawati yang biasa disapa Morita. Selama pandemi, ia mengembangkan e-Nose untuk bisa mendeteksi COVID-19. Tapi awalnya alat ini dirancang untuk deteksi TBC.
E-Nose memantik rasa ingin tahu para peneliti
Presentasi Morita tentang e-Nose mengundang rasa ingin tahu peneliti dari berbagai negara, seperti Cina, Brasil, Kuba dan Arab Saudi. Pertanyaan utaman seputar efektivitas pendeteksian dan apakah e-Nose bisa diperkecil agar menjadi semacam alat portable tapi tetap efektif. "Ini menjadi tantangannya, kami sedang bekerja sama dengan departemen fisika kami untuk mewujudkan hal ini," ujar Morita.
Azzahra Asysyifa: Riset kanker payudara di usia muda
Usianya baru menginjak 23 tahun, Azzahra Asysyifa termasuk salah satu ilmuwan termuda di acara ini. Riset perempuan lulusan S1 dari Universitas Gadjah Mada ini adalah tentang bagaimana sel-sel kanker di payudara bermetastesis. Syifa, panggilan akrabnya, berharap bisa menjalin koneksi dan mendapatkan inspirasi dari sesama peneliti dan penerima Hadiah Nobel.
Alvin Santoso Kalim: Meneliti penyakit genetik di usus
Alvin Santoso Kalim saat ini sedang menempuh studi S3 di Kyusu University, Jepang. Di sana ia meneliti dengan membuat model hewan coba untuk penyakit bedah anak khususnya penyakit genetik gastrointestinal motility disorder atau gangguan pergerakan usus. "Penyakit ini cukup jarang, tapi secara medis banyak komplikasinya dan masih belum banyak pengetahuan tentang proses penyakit itu," kata Alvin.
Digelar di kota cantik di selatan Jerman
Lindau berbentuk seperti pulau di Danau Bodensee di selatan Jerman. Kota ini jadi salah satu tujuan wisata musim panas. Selain berlayar dengan kapal-kapal kecil seperti di foto, Lindau juga kerap disinggahi para pesepeda dan pejalan kaki untuk melepas lelah setelah menjalajahi wilayah pegunungan Allgäu yang tidak begitu jauh jaraknya.