1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Libyen Islamisten

10 April 2008

Awalnya, mereka berjuang untuk melengserkan Gaddafi. Mereka juga dikatakan dekat dengan kelompok teror Al Qaeda. 90 anggota ekstremis Islam yang selama bertahun-tahun mendekam di penjara Libya, dibebaskan Rabu (10/04).

https://p.dw.com/p/DfTj
Saif-al Islam, putra Gaddafi yang mengupayakan pembebasan 90 tahanan kelompok radikal
Saif-al Islam, putra Gaddafi yang mengupayakan pembebasan 90 tahanan kelompok radikalFoto: picture-alliance/ dpa

Mereka bernyanyi saat dibebaskan: 90 anggota kelompok radikal Islam yang bertahun-tahun mendekam di penjara Libya. Tepatnya, di penjara Abu Salim di ibu kota Libya, Tripolis. Seorang bekas tahanan mengungkapkan:

"Tentu saja kami sangat bahagia, kami dipenjara selama sepuluh tahun, kami berharap ini barulah awal dari segalanya."

90 orang tahanan yang dibebaskan Rabu (09/04) adalah anggota Kelompok Pejuang Islam Libya yang pertama kali muncul 12 tahun. Mereka dibebaskan karena mediasi Seif al-Islam, seorang putra pemimpin revolusi Muammar el-Gaddafi. Awalnya, Kelompok Pejuang Islam Libya bertujuan untuk menggulingkan rezim Gaddafi. Tapi sejak akhir tahun 90an kelompok ini juga aktif di Afghanistan dan Pakistan. Sekitar enam bulan lalu, jaringan teror Al Qaeda dalam pesan video menyampaikan bahwa Kelompok Pejuang Islam Libya bergabung dengan jaringan Al Qaeda.

Menurut Yayasan Gaddafi yang mengupayakan pembebasan ke-90 tahanan itu, Kelompok Pejuang Islam Libya beranggota sekitar 200 orang. Sebelum para tahanan dibebaskan, Yayasan Gaddafi terlibat pembicaraan intensif dengan para tahanan. Selama 18 bulan, wakil pemerintah serta petinggi agama berupaya meyakinkan para tahanan untuk berpaling dari perjuangan bersenjata dan ikut membangun "Libya yang modern". Salah seorang tahanan yang baru dibebaskan mengungkap:

"Tentu saja saya menentang kekerasan dan apa yang terjadi di dunia saat ini, pembunuhan dan penculikan. Semua itu tidak sesuai dengan ajaran Islam, agama yang cinta damai."

Walau ke-90 anggota Kelompok Pejuang Islam Libya akhirnya dibebaskan, namun pemerintah tampaknya tetap berupaya mengawasi sepak terjang mereka. Saleh Abdussalam dari Yayasan Gaddafi menyatakan:

"Tugas kami di masa depan adalah mengawasi, masalah apa saja yang mereka hadapi sehingga kami dapat membantu mereka. Entah itu dalam mencari rumah, masalah kesehatan atau dalam mencari pekerjaan."

Beberapa tahun lalu, Libya masih tercantum dalam daftar negara yang mendukung terorisme. Kini, Libya bekerja sama dengan dinas rahasia barat dalam memerangi terorisme. Salah satu upaya pemerintah Libya adalah dialog dengan anggota kelompok ekstremis yang berhasil ditahan. Januari lalu, Libya sudah membebaskan 60 anggota kelompok berhaluan keras lainnya. (zer)