1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAmerika Serikat

Lewat Pidato Kenegaraan, Joe Biden Kecam Tirani Putin

2 Maret 2022

Pidato kenegaraan Presiden AS muncul di tengah invasi Rusia ke Ukraina. Presiden Joe Biden mengatakan "kebebasan akan selalu mengalahkan tirani" dan bahwa serangan Vladimir Putin "direncanakan dan tidak diprovokasi."

https://p.dw.com/p/47r6P
Presiden Biden menyampaikan pidato kenegaraan pertamanya saat dunia menyaksikan  krisis keamanan di Ukraina
Presiden Biden menyampaikan pidato kenegaraan pertamanya saat dunia menyaksikan krisis keamanan di UkrainaFoto: Victoria Spartz/Getty Images

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah memberikan pidato kenegaraan pertamanya sejak menjabat menjadi presiden. Biden memulai pidatonya dengan membahas invasi Rusia ke Ukraina. Ia mengatakan bahwa AS mendukung Ukraina dan ada "kebulatan tekad yang tak tergoyahkan bahwa kebebasan akan selalu menang atas tirani."

Lebih lanjut Biden mengatakan serangan Presiden Rusia Vladimir Putin "direncanakan dan tidak diprovokasi."

"Putin sekarang terisolasi dari dunia, lebih dari sebelumnya," kata Biden yang kemudian disambut tepuk tangan meriah.

Ia pun mencap Putin sebagai seorang diktator. "Seorang diktator Rusia, menyerang negara luar, menimbulkan kerugian di seluruh dunia," tegasnya.

Biden kemudian memberikan peringatan kepada oligarki Rusia, mereka yang kata Biden telah membangun kekayaan dari "rezim kekerasan."

Wilayah udara AS ditutup untuk Rusia

Dalam kesempatan ini, presiden ke-46 AS ini mengumumkan bahwa wilayah udara Amerika akan ditutup untuk semua pesawat Rusia. "Kami akan bergabung dengan sekutu kami dalam menutup wilayah udara Amerika untuk semua penerbangan Rusia, semakin mengisolasi Rusia," kata Biden.

Biden menekankan bahwa pasukan AS "tidak akan terlibat dalam konflik dengan pasukan Rusia di Ukraina," tetapi mereka akan dikerahkan untuk membantu mengamankan sekutu NATO.

Turut hadir dalam acara pidato kenegaraan ini Duta Besar Ukraina, Oksana Markarova, sebagai tamu. Markarova duduk di sebelah Ibu Negara AS Jill Biden.

Pemerintahan Biden saat ini telah mengubah fokus mereka dalam berurusan langsung dengan pandemi COVID-19 menjadi menghadapi tantangan keamanan yang serius di Eropa. Pidato Biden ini dilakukan di tengah-tengah Rusia melanjutkan serangannya ke Ukraina.

Duta Besar Ukraina untuk AS Oksana Markarova (kiri) menjadi tamu undangan di pidato kenegaraan Presiden AS
Duta Besar Ukraina untuk AS Oksana Markarova (kiri) menjadi tamu undangan di pidato kenegaraan Presiden ASFoto: Evelyn Hockstein/Getty Images

Rusia terus lancarkan serangan ke Ukraina

Sebuah serangan udara Rusia pada Selasa (01/03) menghantam menara utama saluran televisi nasional di pusat kota Kiev. Akibat serangan ini, dilaporkan lima orang tewas dan lima orang lainnya mengalami luka-luka.

Kementerian Dalam Negeri Ukraina mengatakan peralatan di sana telah rusak dan "saluran tidak akan berfungsi untuk sementara waktu" setelah ledakan terdengar di distrik Babi Yar.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mendesak Uni Eropa (UE) untuk membuktikan bahwa UE mendukung Ukraina melawan invasi Rusia. Komentarnya muncul dalam tautan video ke Parlemen Eropa satu hari setelah dia mengajukan permintaan resmi untuk bergabung dengan blok tersebut.

Sementara lebih dari 70 tentara Ukraina tewas ketika pasukan Rusia menembaki sebuah pangkalan militer di kota Okhtyrka, demikian kata Gubernur Regional Dmytro Zhyvytskyy dalam pernyataannya di media sosial. Okhtyrka terletak di antara Kiev dan Kharkiv, di wilayah timur laut Sumy.

Selain itu, pasukan Rusia juga dilaporkan menembaki alun-alun pusat kota terbesar kedua di Ukraina, Kharkiv. Pasukan Rusia menembaki gedung-gedung administrasi lokal. Mereka telah meluncurkan senapan serbu GRAD dan rudal jelajah.

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan dalam pembaruan intelijen bahwa upaya Rusia untuk menyerang Kiev mengalami "sedikit kemajuan" dan menyebut "kesulitan logistik" sebagai alasan kurangnya kemajuan yang dicapai. Pemerintah Inggris mengatakan pada hari Selasa (01/03) bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dapat menghadapi tuntutan atas kejahatan perang.

Sebelumnya, pada hari Senin (28/02) gambar satelit menunjukkan konvoi militer besar Rusia berjarak 65 kilometer menuju Kiev.

rap/ha (AP, Reuters, dpa, AFP)