1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Lebih dari 9.000 Tewas Setelah Rusia Setahun di Suriah

30 September 2016

Dengan ikut konflik Suriah, Rusia antara lain ingin mendukung Presiden Suriah, Bashar al Assad. Sejak ikut konflik setahun lalu, serangan udara Rusia menyebabkan lebih dari 9.000 orang tewas.

https://p.dw.com/p/2QldF
Syrien Russische Luftangriff
Serangan udara Rusia di Damaskus, Februari 2016Foto: picture alliance/AA/D. Al-Din

Sejak Rusia mulai ikut dalam konflik Suriah setahun lalu, lebih dari 9.000 orang tewas dalam serangan udara. Di antaranya, 3.800 warga sipil. Menurut organisasi hak asasi di Suriah yang berpusat di Inggris, selain warga sipil, yang tewas mencakup pejuang dari berbagai kelompok pemberontak, juga anggota organisasi teroris yang menyebut diri Islamic State (ISIS) dan kelompok yang terkait al Qaeda.

Aktivis oposisi Suriah menyalahkan Rusia atas kerugian dari sejumlah serangan udara terhadap kawasan ktoa Aleppo yang dikuasai pembeontak. Serangan udara dalam dua pekan terakhir menyebabkan lebih dari 200 orang tewas dan menghancurkan sejumlah besar bangunan.

Syrien russischer Kampfjet Sukhoi Su-34 wirft Bomben bei Deir ez-Zor ab
Jet tempur Rusia Sukhoi Su-34 lepaskan bom di atas Deir ez-Zor, Suriah (18/08/2016)Foto: Reuters/Ministry of Defence of the Russian Federation

Rusiah tunjukkan kemampuan militer

Salah satu tujuan militer Rusia di Suriah adalah bersama AS mengkoordinasi operasi militer untuk basmi kelompok yang dianggap organisasi teror. Sementara tujuan itu tidak tercapai, resolusi diplomatik juga makin jauh dari harapan.

Tapi dari rangkaian serangan udara dan darat selama setahun yang dilaksanakan di Suriah, Moskow jelas menunjukkan kemampuan militer baru yang dimilikinya, dan menggarisbawahi keinginan besar Presiden Vladimir Putin untuk mendukung sekutu. Terutama jika di negara sekutu itu ada markas militer Rusia di Laut Tengah.

Schweiz US Premierminister John Kerry und russischer Aussenminister Sergei Lavrow
Menlu AS, John Kerry (kiri) dan Menlu Rusia Sergey Lavrov setelah menyampaikan kesimpulan dari konferensi mengenai konflik Suriah (12/09/2016)Foto: picture-alliance/AP Photo/K. Lamarque

Secara luas, keikutsertaan Rusia dalam konflik sebenarnya bisa jadi pembuka jalan untuk kerja sama diplomatis antara AS dan Rusia, untuk menghentikan perang sipil di Suriah. Tapi itu juga mempersulit AS dan sekutu-sekutunya, dalam upaya mengenyahkan ISIS, yang ibaratnya menemukan "surga" di tengah kekacau-balauan ini.

Upaya diplomatis yang terseok-seok

Jalan keluar diplomatis tidak terbuka. Upaya yang dilakukan selama ini mulai terancam ambruk pekan ini, setelah AS mengancam akan mengakhiri seluruh kerjasama yang berkaitan dengan Suriah, jika pemboman atas kota Aleppo tidak dihentikan. Sebaliknya Rusia menjawab bahwa AS mendorong ekstrimis untuk menyerang aset-aset Rusia di Suriah.

Rusia juga menuntut AS untuk membedakan antara pemberontak anti Presiden Bashar al Assad yang didukung AS, dengan kelompok-kelompok militan yang terkait Al Qaeda, yang juga kerap melancarkan serangan. Tapi AS sejauh ini tidak mampu melakukannya, dan tetap menyatakan memfokuskan diri pada upaya mengalahkan ISIS.

Cekcok tentang masalah sampingan dan jalan diplomatik yang buntu mengancam akan mengungkit lagi masalah lain yang sudah timbul sebelumnya antara AS dan Rusia, misalnya masalah sanksi ekonomi terhadap Rusia, juga aneksasi Krimea di Ukraina oleh Rusia.

ml/ap (dpa, afp, ap)